Pesisir Selatan--Balimau Paga yang sudah menjadi tradisi masyarakat setiap memasuki bulan suci ramadhan, termasuk juga di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) memiliki makna tersirat, yakni mempererat tali persaudaraan antar sesama umat Muslim.
Karena tujuan itu, sehingga kearifan lokal yang sudah membudaya secara turun temurun ini, harus tetap dipertahankan. Tradisi dengan berbagai keunikan itu, juga dapat dijadikan sebagai salah satu kekayaan adat dan budaya.
Hal itu disampaikan Bupati Pessel, Hendrajoni Senin (6/5) di Painan.
Disampaikanya bahwa memasuki bulan suci ramadhan 1440 Hijriah tahun 2019, prosesi balimau paga juga dilakukan di semua nagari di daerah itu.
" Balimau merupakan tradisi yang secara turun temurun masih tetap bertahan di Pessel setiap memasuki bulan buci ramadhan. Tradisi ini juga dilakukan pada tahun ini di semua nagari di Pessel," katanya.
Disampaikanya bahwa melalui kegiatan itu, para anak kemenakan disemua kaum atau suku, menyediakan air limau untuk para ninik mamak pada kaum masing-masing secara bersamaan di lapangan atau masjid.
Air limau yang terbuat dari bahan pengharum yang berasal dari bunga-bungaan, seperti bunga rampai, kumango dan lainya itu, diusapkan ke rambut atau kepala sebagai simbol pensucian diri.
Secara bersamaan juga dilakukan salam-salaman sambil mengucapkan mohon maaf, agar dalam menjalankan ibadah puasa nanti, hati benar-benar bersih dan suci.
" Walau secara lahir yang diusapkan dengan air limau itu rambut atau kepala, tapi secara batin adalah jiwa atau rohani. Sebab yang harus dibersihkan dari berbagai noda yang bisa menghambat dan merusak ibadah puasa itu adalah jiwa. Karena begitu dalamnya makna yang tersirat pada prosesi balimau paga ini, sehingga saya berharap ini bisa dipertahankan sampai kapan pun, terutama di daerah ini," harapnya.
Ditambahkanya bahwa prosesi balimau paga yang dilakukan oleh setiap nagari ketika akan memasuki bulan suci ramadhan di daerah itu, secara bergilir akan didatangi oleh tim dari tingkat Kabupaten.
" Langkah ini dilakukan agar semangat dan motivasi hidup bernagari menurut langgam, atau adat istiadat yang dimiliki tidak hilang," ungkapnya.
Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokoler sekretariat daerah kabupaten (Setdakab) Pessel, Rinaldi Dasar menjelaskan bahwa di daerah itu pada Minggu (5/5), ada sembilan nagari yang prosesi balimau paganya dihadiri pejabat pemerintah daerah (Pemda) Pessel.
" Sembilan nagari itu diantaranya, Nagari Painan, Nagari Limau Gadang Lumpo, Nagari Batangkapas, Nagari Taratak Sungai Lundang, Nagari Bungo Pasang, Nagari Lakitan Utara, Nagari Palangai, dan Nagari Inderapura," jelasnya.
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Koto Barapak, Dasrianto Putra Datuak Rajo Nan Gadang ketika ditanya mengatakan bahwa melalui prosesi balimau paga itu, semua penghulu suku, para datuak, imam katik, bundo kanduang, suluah bendang dalam nagari, serta para anak kemenakan, dan urang sumando, berkumpul.
" Semua rangkaian kegiatan yang digelar itu, hanya bertujuan untuk mensucikan hati dari segala bentuk permusuhan, dan prasangka. Makanya ini perlu tetap dilestarikan oleh masyaralat di semua nagari yang ada, termasuk juga di Kenagarian Koto Barapak Kecamatan Bayang ini," timpalnya.