Mengagumi figur ayah yang berprofesi sebagai seorang ustadz, merupakan awal bagi H Dodon Hardiman MA 33, warga Kampung Koto Kandis Nagari Kambang Timur Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), termotivasi untuk mendalami ilmu-ilmu agama dari sejak kecil.
Karena oleh sang ayah, Buya Syamsudin 60, anak ke 2 dari 3 orang bersaudara itu dinilai memiliki bakat pula menjadi seorang penceramah, sehingga dia sering diajak untuk mengikuti tausiah ke berbagai masjid di daerah itu dari undangan yang diterima.
Demikian pengakuan yang disampaikan, Ustadz H Dodon Hardiman MA, Jumat (9/8) ketika ditemui Rumah Sakit BKM Sago Kecamatan IV Jurai.
Sebelum menjadi ustadz kondang seperti saat ini, H Dodon Hardiman mengaku sangat menghormati dan menghargai setiap orang yang berjasa dalam perjuangan hidupnya.
"Namun dengan mengagumi saja tidaklah cukup jika tidak diiringi dengan tekat dan keinginan yang kuat untuk belajar dan terus belajar, guna mendalami ilmu-ilmu agama. Itu saya lakukan sejak masih di Sekolah Dasar (SD)," katanya.
Disampaikanya bahwa waktu masih di sekoah dasar, dia sering diajak mendampingi ayahnya mengikuti tausiah ke berbagai masjid dan mushollah di daerah itu.
"Ketika itu saya merasa sangat senang, sebab bisa kenal dengan banyak orang. Bahkan tanpa disadari, saya mulai tertarik untuk juga bisa seperti ayah. Sebab ketika itu saya melihat ayah sangat dihargai oleh setiap orang yang saya kenal, demikian juga oleh para kerabat-kerabatnya," aku Hardiman.
Walau belajar mengaji hanya di surau yang ada di kampung ketika masih SD, tapi dia mengaku merasa cukup lumaian. Sebab di tempat mengaji itu, dia juga diajarkan gurunya untuk berceramah di depan teman sepengajian.
"Oleh guru mengaji ketika itu, saya dikataknya tergolong pintar bertausiah. Sehingga ketika ada tamu datang dari DPRD Provinsi Sumbar tahun 1994, saya ditunjuk sebagai da'i cilik untuk tampil memberikan ceramah. Padahal ketika itu masih saya duduk di kelas 3 SD," ujarnya.
Dikatakan lagi bahwa setelah selesai berceramah ketika itu, salah seorang tamu yang berasal dari anggota DPRD Sumbar memberinya hadiah berupa uang sebagai reward.
"Pesanya ketika itu agar saya lebih giat lagi belajar dan semakin mendalami ilmu agama. Itu masih saya ingat sampai saat ini, sebab yang memberikan reward itu juga merupakan orang yang saya kagumi, yakni Aciak Almarhum Marizal Umar," ujarnya.
Ditambahkanya bahwa mulai saat itu, tekatnya untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi umat semakin kuat.
"Sehingga setelah tamat SD tahun 1999, saya melanjutkan pendidikan ke Madrasyah Tarbiyah Islamiah (MTI) 6 tahun di Koto Kandis. Setelah tamat tahun 2005, saya melanjutkan pendidikan lagi ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, yang saat ini dikenal dengan Universitas Islam Negeri (UIN). Sedangkan wisuda S2 melalui pasca sarjana jurusan Bahasa Arab di UIN Imam Bonjol, tercapai pula di tahun 2015," ungkapnya.
Disampaikanya bahwa ketika masih sekolah di MTI Koto Kandis, dia sudah sering diundang mengisi tausiah ke berbagai masjid di Kecamatan Lengayang.
"Karena masih dalam usia anak sekolah setingkat menengah atas, sehingga para senior-senior saya selalu memberikan semangat dan motivasi untuk bisa lebih baik lagi. Sebab saya memang sering merasa gerogi ketika memberikan tausiah di depan senior ketika itu," ujarnya.
Pengalaman hidup yang juga tidak pernah terlupakan dan masih berkesan hingga saat ini dikatakan H Dodon Hardiman ketika masih kulaih di IAIN Imam Bonjol pada tahun 2005 hingga tahun 2010.
"Waktu masih kuliah itu, saya selalu pindah-pindah tempat kos dari satu masjid ke masjid lainya sebagai seorang garin. Namun pengalaman itu membuat saya semakin termotivasi untuk lebih giat lagi belajar. Sebab ketika ada undangan untuk memberikan tauziah saat itu, saya perginya dengan menggunakan sepeda dayung. Kalaupun sesekali menggunakan motor, karena lagi ada rezeki lebih, sehingga bisa merental," uku suami Meloza Putri ini.
Ditambahkan lagi bahwa berkat upaya dan perjuangan yang dilakukan itu, sehingga sekarang dia mengaku sangat bersyukur.
"Sebab selain menjadi guru Bahasa Arab di STI Koto Kandis, sekarang saya juga dipercaya sebagai dosen dan sekaligis Pimpinan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STIA) Al-Ikhlas Painan. Amanah ini saya terima setelah memalui perjuangan yang panjang, serta juga berkat doa dan dukungan orang-orang yang saya cintai, terutama sekali orang tua dan istri saya," ungkapnya.
Meloza Putri, istri Dodon Hardiman mengatakan kepada Padang Ekspres bahwa dia merasa bersyukur bisa kenal dan menyatu membina rumah tangga dengan orang dia cintai itu.
Diungkapkanya bahwa sebagai seorang ayah bagi dua orang anaknya, banyak tauladan yang bisa dijadikan sebagai contoh.
"Kedisiplinan dan menghargai waktu dengan tetap mengutamakan shalat berjamaah ketika berada di rumah, sudah menjadi rutinitas kami lakukan bersama anak-anak di rumah. Dan ini jelas bisa dijadikan tauladan bagi dua anak kami, M Aqsha El Ghifari, dan Putri," ucapnya.
Disampaikanya bahwa ditengah kesibukanya sebagai seorang guru dan mubaliq, dia juga tidak mengabaikan perhatianya terhadap masyarakat lingkungan, serta organisasi yang digelutinya, demikian juga terhadap keluarga.
"Selain seorang guru dan dosen, sekarang beliau juga dipercaya sebagai Ketua STAI Al Ikhlas Painan. Karena sangat disiplin dengan waktu, sehingga semua kegiatan itu bisa dijalankan dengan baik dan penuh amanah," timpalnya. (05)