Akibat belum adanya sarana perhubungan yang memadai, sebanyak 47 kepala keluarga (KK) atau sekitar 200 jiwa warga Bayang Janiah, di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara (Bayu), Kabupaten Pesisir Selatan, masih terisolasi. Akibat¬nya, warga terpaksa berjalan kaki me¬nuju ibu kecamatan melalui jalan setapak sekitar 3,5 jam perja¬la¬nan sampai di Nagari Koto Ranah.
Padahal daerah yang subur itu juga dikenal sebagai daerah penghasil berbagai komoditi seperti, karet, nilam, kopi, casiavera dan padi sawah. Akibat belum lancarnya hubungan lalulintas, membuat biaya angkutan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat cukup tinggi. Tidak jarang, semua komoditas yang dihasilkan daerah tersebut harus dijujung dengan kepala, tentunya dengan kapasitas yang sangat terbatas.
Pian (50), salah seorang warga setempat menga¬takan, bagi murid-murid sekolah dasar (SD), mereka hanya bisa belajar hingga kelas V. Untuk melanjutkan ke kelas VI, mereka harus pindah sekolah ke Nagari Koto Ranah yang berjarak sekitar 5 km dari dari pemukiman mereka. Jarak sejauh itu juga harus ditempuh dengan menelusuri jalan setapak.
Bagi murid yang sudah tamat SD, untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti SMP dan SMA, mereka terpaksa harus meninggalkan kampung halaman dan menyewa rumah di daerah dekat lokasi sekolah. Ma¬salahnya, lokasi sekolah hanya berada di ibu kecamatan yaitu di Asam Kumbang yang jaraknya sekitar 13 km dari kampung mereka.
Selain masalah transportasi, masyarakat di daerah tersebut juga belum menikmati listrik. Semua itu perlu menjadi perhatian pemerintah, dengan cara segera membangun jalan yang memadai ke daerah tersebut.
Camat IV Nagari Bayang Utara, Irjal, kemarin mengatakan, untuk terbukanya akses perhubungan dan kelancaran lalu lintas, maka mas¬yarakat setempat menerapkan pola gotong-royong yang secara rutin dilakukan minimal satu kali setiap bulannya.(03)(03)