Menjaga bumi yang bersih bukanlah tugas segelintir orang, tetapi tanggung jawab kita bersama. Dari halaman rumah, jalan kampung, hingga pantai tempat kita beraktivitas, setiap langkah kecil untuk membersihkan lingkungan memiliki arti besar bagi masa depan. Inilah semangat World Cleanup Day, gerakan global yang mengingatkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari tempat yang paling dekat: kampung kita sendiri. Dengan semangat gotong royong dan kearifan lokal, aksi bersih-bersih bukan hanya menjadi agenda tahunan, tetapi gaya hidup yang membentuk budaya peduli lingkungan.
Di seluruh dunia, sampah telah menjadi salah satu persoalan paling serius abad ini. Menurut laporan Bank Dunia What a Waste 2.0 yang dirilis di Washington, produksi sampah global diperkirakan akan melonjak drastis jika tidak ada langkah serius yang diambil. Didukung oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang cepat, volume sampah dunia diproyeksikan meningkat dari 2,01 miliar ton pada 2016 menjadi 3,4 miliar ton pada 2050 naik sekitar 70 persen dari kondisi saat ini. Ancaman ini bukan hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan manusia, pariwisata, hingga ekonomi lokal.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa tanpa aksi nyata dari berbagai pihak, pengelolaan sampah akan menjadi tantangan besar yang mengancam kesehatan, lingkungan, dan kualitas hidup. Karena itu, upaya mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah secara berkelanjutan perlu digalakkan sejak sekarang.
Sejak 2018, World Cleanup Day berkembang menjadi gerakan sipil terbesar di dunia. Aksi ini berhasil menyatukan 211 negara dan wilayah—mencakup 95% negara anggota PBB—serta menggerakkan 91 juta relawan atau sekitar 1,1% populasi global. Gerakan ini bukan sekadar bersih-bersih, tetapi simbol persatuan yang melampaui batas negara, perbedaan budaya, bahkan konflik, demi mewujudkan bumi yang lebih bersih dan sehat.
Gerakan ini berawal pada 15 September 2008 di Estonia ketika 50.000 relawan membersihkan negaranya dalam waktu lima jam. Kini WCD diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Internasional. Sejak itu, WCD berkembang menjadi aksi serentak dunia yang melibatkan lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia. Tujuannya bukan hanya memungut sampah, tetapi mengubah perilaku dan budaya masyarakat agar peduli pada kebersihan lingkungan.
Di Indonesia, WCD digelar di ratusan titik dengan melibatkan sekolah, komunitas, perusahaan, dan pemerintah. Tema 2025 “Menuju Indonesia Bersih 2029” menegaskan bahwa gerakan ini bukan hanya bersih-bersih sehari, tapi langkah membangun budaya peduli sampah untuk bumi yang lebih sehat dan lestari.
Mengapa World Cleanup Day (WCD) penting? Karena ia bukan sekadar aksi bersih-bersih biasa, melainkan sebuah gerakan sosial yang menyatukan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam satu visi: menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Melalui WCD, masyarakat diedukasi tentang pentingnya prinsip reduce, reuse, recycle yang dimulai sejak dari rumah. Gerakan ini juga mendorong aksi kolektif yang berkesinambungan, bukan hanya kegiatan seremonial tahunan. Lebih dari itu, WCD menegaskan bahwa masalah sampah bukan semata urusan dinas kebersihan, melainkan tanggung jawab bersama. Keterlibatan setiap warga mulai dari memilah sampah, mengurangi plastik sekali pakai, hingga mendukung bank sampah adalah kunci keberhasilan menjaga bumi tetap lestari.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah Indonesia pada tahun 2023 mencapai 56,63 juta ton. Namun, baru 39,01% (22,09 juta ton) yang dikelola secara layak. Mayoritas sisanya masih dibuang ke TPA terbuka (open dumping) yang mencemari lingkungan dan tak memenuhi standar pengelolaan modern.
Meski tantangan besar, WCD menjadi momentum edukasi dan gerakan nyata yang mampu mengubah pola pikir masyarakat, terutama generasi muda. Dari sekolah, kampus, hingga komunitas, aksi bersih-bersih telah menjadi media kampanye efektif tentang gaya hidup ramah lingkungan.
Di tingkat lokal, semangat itu tampak jelas di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada Rabu (29/9/2025), pemerintah daerah menggelar aksi WCD di kawasan Pantai Carocok hingga Pantai Salido. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Risnaldi Ibrahim dan diikuti pejabat eselon, kepala perangkat daerah, ASN, serta non-ASN. Tema yang diusung adalah “Menuju Indonesia Bersih 2029”.
Dalam sambutannya, Risnaldi mengungkapkan data terbaru Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN): timbulan sampah Pesisir Selatan tahun 2025 mencapai 58.449,57 ton per tahun atau 160,13 ton per hari, dengan tingkat pengelolaan baru 38,12 persen. “Apabila tidak ditangani secara serius, hal ini dapat merusak ekosistem, menurunkan daya tarik wisata, bahkan membahayakan kehidupan nelayan kita,” ujarnya.
Risnaldi menekankan bahwa World Cleanup Day bukan sekadar gotong royong membersihkan pantai, tetapi gerakan moral dan budaya. Mengutip pepatah Minangkabau “Alam takambang jadi guru”, ia mengingatkan bahwa alam adalah sumber ilmu, kehidupan, dan penghidupan. “Siapa menjaga kampungnya, berarti ia menjaga nagaranya,” ujarnya.
Pemerintah daerah juga memperkuat program pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui bank sampah, unit pengelolaan sampah terpadu, hingga Sekolah Adiwiyata agar generasi muda terbiasa mencintai lingkungan sejak dini. Namun ia mengingatkan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. “Partisipasi masyarakat, tokoh adat, dunia pendidikan, komunitas, hingga sektor swasta sangat dibutuhkan agar kepedulian lingkungan tumbuh menjadi budaya bersama,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Risnaldi mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi langkah nyata menjaga lingkungan. Ia menekankan pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa botol minum sendiri, menggunakan tas kain, dan menghindari sedotan plastik. Selain itu, masyarakat juga didorong untuk membiasakan memilah sampah sejak dari rumah agar proses daur ulang lebih mudah dilakukan. Tak kalah penting, Risnaldi mengimbau agar aksi bersih-bersih dijadikan budaya sehari-hari di sekolah, pasar, sungai, jalan, hingga lingkungan perumahan sehingga kepedulian terhadap kebersihan menjadi bagian dari gaya hidup bersama.
“Marilah kita jadikan World Cleanup Day Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2025 sebagai tonggak lahirnya gerakan masyarakat Pesisir Selatan yang semakin peduli, semakin cinta, dan semakin bertanggung jawab terhadap lingkungan. Seperti pepatah adat mengatakan ‘jika kampuang basih, rumah gadang indak kan mancariang’ — jika lingkungan kita bersih, kehidupan kita pun akan indah,” tutupnya.