• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Cinta Puspa: Menjaga Keindahan dan Kekayaan Hayati Nusantara

05 November 2025

5 kali dibaca

Cinta Puspa: Menjaga Keindahan dan Kekayaan Hayati Nusantara

Indonesia dikenal sebagai negeri megabiodiversitas — rumah bagi ribuan jenis flora yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga menyimpan nilai ekologis, ekonomi, dan budaya yang luar biasa. Setiap tahun, bangsa ini memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) pada tanggal 5 November, sebagai momen untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kekayaan alam yang kita miliki. Namun, apa sebenarnya makna “Cinta Puspa”? Lebih dari sekadar mencintai bunga atau tanaman, gerakan ini adalah ajakan untuk menjaga keseimbangan alam melalui pelestarian flora Indonesia.

“Puspa” berarti tumbuhan atau bunga yang mewakili keindahan alam. Cinta Puspa mengandung makna kasih dan kepedulian manusia terhadap kehidupan tumbuhan, mulai dari yang tumbuh liar di hutan hingga yang kita rawat di pekarangan rumah. Melalui gerakan ini, masyarakat diajak untuk lebih mengenal, melindungi, dan memanfaatkan tumbuhan secara bijak, tanpa merusak kelestariannya.

Indonesia memiliki berbagai jenis puspa langka dan endemik yang menjadi kebanggaan dunia. Beberapa di antaranya bahkan hanya dapat tumbuh di wilayah tertentu, seperti Rafflesia arnoldii, bunga terbesar di dunia yang tumbuh di hutan Sumatra; Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) dari Kalimantan yang eksotis dan harum; serta Edelweiss Jawa (Anaphalis javanica), si bunga abadi yang tumbuh di pegunungan tinggi. Keberadaan puspa-puspa ini bukan sekadar memperindah alam, tetapi juga berperan penting dalam menjaga ekosistem dan menyediakan oksigen bagi kehidupan manusia.

Sayangnya, banyak spesies puspa di Indonesia kini terancam punah akibat deforestasi, perubahan iklim, dan perdagangan ilegal tumbuhan hias langka. Hutan yang gundul bukan hanya kehilangan pepohonan, tetapi juga habitat bagi ribuan spesies flora yang bergantung padanya. Tanpa kesadaran bersama, keindahan alam ini bisa hilang untuk selamanya.

Setiap tahun, berbagai kegiatan digelar untuk memperingati Hari Cinta Puspa, mulai dari penanaman pohon, pameran flora lokal, hingga edukasi lingkungan di sekolah dan kampus. Pemerintah daerah dan komunitas pecinta alam juga berperan aktif dalam mengkampanyekan gaya hidup hijau dan pelestarian tanaman endemik. Tak sedikit pula masyarakat yang mulai menghijaukan pekarangan rumah, menanam tanaman obat, atau memelihara bunga hias sebagai bentuk dukungan nyata terhadap gerakan ini.

Menanam tumbuhan bukan hanya memperindah lingkungan, tapi juga memberikan manfaat besar seperti menyerap karbon dan menghasilkan oksigen, menjaga kelembapan udara, mencegah erosi dan banjir, menjadi habitat serangga dan burung, serta menurunkan suhu lingkungan sekitar. Dengan kata lain, satu pohon yang kita tanam hari ini adalah investasi bagi masa depan bumi.

Kita bisa mulai mencintai puspa dari hal-hal kecil: tidak memetik bunga liar sembarangan, menanam tanaman lokal yang mudah tumbuh, menggunakan produk ramah lingkungan, dan mengikuti kegiatan tanam pohon di lingkungan sekitar. Cinta terhadap puspa sejatinya adalah cinta terhadap kehidupan — karena tanpa tumbuhan, manusia tidak akan bisa bertahan.

Gerakan Cinta Puspa bukan hanya perayaan tahunan, tapi sebuah gerakan berkelanjutan untuk membangun generasi yang peduli lingkungan. Dengan kesadaran kolektif, kita bisa memastikan bahwa anak cucu kelak masih bisa melihat indahnya bunga Rafflesia, segarnya pepohonan tropis, dan wangi khas flora nusantara.

Mari jadikan Hari Cinta Puspa sebagai momentum untuk menyatakan cinta sejati pada bumi. Setiap daun yang tumbuh, setiap bunga yang mekar, adalah tanda kehidupan yang patut dijaga. Cinta Puspa adalah cinta yang menumbuhkan — bukan hanya untuk alam, tapi juga untuk masa depan kita bersama.