• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

08 Mei 2017

259 kali dibaca

Famtrip Ke Kawasan Mandeh.... Mandeh Memang Luar Biasa

Painan, Mei 2017--Festival Bahari Mandeh tak sekadar ajang menampilkan potensi dan atraksi wisata, namun juga untuk promosi dan mengemas paket kunjungan ke destinasi yang sudah mendunia ini. Oleh karena itu, 65 orang yang terdiri dari awak media lokal dan nasional, travel agent dan maskapai difasilitasi berlayar keliling Mandeh.

Sebuah dermaga di Pelabuhan Muaro Padang pagi Sabtu (6/5) ramai oleh puluhan orang yang terdiri dari awak media, termasuk Padang Ekspres, travel agent yang tergabung di Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Asosiasi Sales Travel Indonesia (Asati), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), pegiat wisata dan perwakilan maskapai penerbangan serta perhotelan. 

Mereka difasilitasi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) untuk melakukan perjalanan ke kawasan Mandeh serta menyaksikan Festival Bahari Mandeh yang berlangsung sejak Kamis (4/5) hingga Minggu (7/5).

Sebelum menaiki kapal, Koordinator Fam Trip Mandeh Echa Putra, mengajak seluruh peserta yang dibagi tiga rombongan untuk berdoa. Lalu, dipersilakan memasuki tiga kapal cepat yang telah disiapkan, yakni kapal Sriwijaya, Golden Knight dan Tenggiri. 

Sekitar pukul 09.10, seluruh kapal berangkat meninggalkan Pelabuhan Muaro menuju Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh, Kecamatan Tarusan, Pessel.

Kapal cepat Golden Knight  tumpangi bersama sejumlah awak media lainnya berpenumpang 25 orang. Sejumlah fasilitas seperti kursi dan tempat tidur yang bisa menampung hingga 5 orang, tersedia di kapal seharga Rp 2 miliar ini.

Selama perjalanan, penumpang dihibur musik yang dihidupkan Heru, 35, nahkoda sekaligus pemilik kapal cepat it. Menurut Heru, biasanya kapal cepat ini disewa wisatawan yang hendak pergi ke Kepulauan Mentawai.

"Paling sering, kapal ini saya sewakan kepada para wisatawan mancanegara. Kalau bawa rombongan ke Mentawai, biayanya mencapai Rp 20 juta. Sedangkan kalau ke pulau-pulau di kawasan Mandeh, biayanya sekitar Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per hari," ujarnya. 

Pada musim liburan dan akhir pekan, kapal Golden Knight banyak disewa wisatawan. "Pada hari-hari biasa, jarang yang menyewa. Kalau bule-bule biasanya ke Mentawai pada bulan-bulan tertentu," jelas Heru.

Dalam pelayaran, kita bisa melihat pemandangan pulau-pulau yang sudah banyak dibuat lokasi wisata, baik di perairan laut Kota Padang maupun Pessel. 

Sekitar pukul 10.23, rombongan tiba di Pulau Sironjong Kecil yang berada di kawasan Mandeh. Pulau tersebut dinamai Sironjong, kata Heru, karena bentuknya memang berbentuk lonjong dan tidak mempunyai dataran. Di pulau tersebut terdapat fasilitas cliff jumping atau biasa disebut meloncat bebas dari bukit ke laut.

Untuk ke atas bukit, sudah tersedia anak tangga terbuat dari besi. Tempat meloncat juga ada, paling rendah tingginya sekitar 3 meter, kemudian ada yang 6 meter dan paling tinggi sekitar 20 meter dari permukaan air laut.

Ada beberapa orang dari awak media dan rombongan travel agent yang ikut menikmati sensasi meloncat dari bukit tersebut. Selain cliff jumping, pengunjung juga ada yang diving dan snorkeling sembari menikmati keindahan bawah laut yang dipenuhi karang-karang serta ikan berwarna-warni.

Praktisi pariwisata, Abdullah Rudolf Smith, 67, mengatakan, Pulau Sironjong dan pulau-pulau di sekitar Mandeh sangat menjanjikan jika dikelola dengan baik. 

"Saya sudah sering ke sini. Saya perhatikan pulau-pulau di Mandeh ini layak disebut Raja Ampat-nya Sumatera. Di sini orang bisa melihat keindahan bawah laut yang masih asri, dan terumbu karangnya juga bagus. Ada juga ikan Nemo atau lebih dikenal dengan Balong Padang, salah satu ikan endemik yang hanya ada di Pesisir Selatan," ujarnya.

Tidak hanya itu. Di pulau ini, juga tersedia fasilitas untuk aktivitas wisatawan seperti cliff jumping. "Di daerah lain, saya belum pernah menemukan ada tempat seperti di Pulau Sironjong ini," imbuhnya.

Meski begitu, ada banyak hal yang harus diperbaiki dan disediakan sehingga kawasan Mandeh dapat menjadi destinasi wisata favorit seperti Bali. Di samping bantuan dan program pemerintah, baik kabupaten, provinsi maupun pusat, perlu adanya gerakan Sapta Pesona.

Misalnya merangkul relawan peduli pariwisata. Salah satu manfaatnya untuk menghilangkan premanisme. "Caranya terus memberdayakan  unsur-unsur masyarakat di Mandeh ini," ujarnya.

Tak lama setelah berdiskusi dengan Rudolf, rombongan kembali berangkat menuju Pulau Setan Besar. Di tengah perjalanan, mata disuguhi pemandangan gugusan pulau-pulau nan indah. Tak ketinggalan, kita juga bisa melihat Puncak Mandeh yang sedang dalam pembangunan fisik. 

Setibanya di Pulau Setan Besar, salah satu pulau dari lima gugusan pulau besar di kawasan Mandeh, rombongan beristirahat dan makan siang yang telah disiapkan Pemkab Pessel dengan pola prasmanan.

Menu utamanya, ikan karang. Ada gulainya, ikan bakar disertai sejumlah sayur dan kerupuk. Seluruh rombongan tampak menikmati. Zefnihan, Kepala Dinas Pariwisata Pessel sebagai penggagas kegiatan fam trip ini juga ikut menikmati hidangan ikan karang.

Tak lama kemudian, rombongan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Mandeh yang juga Komisaris Utama BRI Andrinof Chaniago merapat ke Pulau Setan. Menurutnya, Mandeh berpotensi besar menjadi destinasi wisata bahari yang mengalahkan tempat-tempat wisata bahari lainnya di dunia. 

"Pertama kali saya datang Ke Mandeh, saya terkagum-kagum. Hutan mangrovenya masih alami, hutan tropis juga masih bagus. Airnya sangat jernih. Dan, ada juga tempat cliff jumping. Saya pernah mengunjungi wisata bahari di negara lain seperti Sungai Mekong di Tiongkok. Tapi, kalau kita bandingkan dengan, Mandeh jauh sekali unggul. Terutama air lautnya jernih, kita bisa diving dan snorkeling melihat keindahan bawah laut. Terumbu karang yang masih bagus dan ikan berwarna-warni," ujarnya.

Dalam mengembangkan kawasan Mandeh, memang butuh dana dan investasi besar. Oleh karena itu pemerintah sudah menargetkan paling lambat 2019 seluruh fasilitas dan infrastruktur selesai dibangun. 

"Untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah telah menggarkan Rp 100 miliar. Sedangkan fasilitas hotel dan restoran, diharapkan dibangun investor," jelasnya. (07)