Painan, Juni --- Harga getah karet mentah di tingkat pedagang pengumpul di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat kembali turun dari Rp8.500 menjadi Rp5.000 per kilogram sejak sepekan terakhir.
Asril (38) seorang pedagang pengumpul karet di Pesisir Selatan, Selasa mengatakan, sebelumnya, pedagang pengumpul masih membeli komoditi itu dengan harga Rp8.500 per kilogram, harga itu juga setelah terjadi penurunan dari Rp11.000 per kilogram. Namun sejak sepekan ini kembali turun ke posisi Rp5.000 per kilogram.
Menurut dia, anjloknya harga jual karet mentah tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dan harga dari toke di Padang. Hal itu, kata ia sebagai dampak dari krisis ekonomi yang tengah melanda negara-negara bagian Eropa yang merupakan sebagai pasar karet di dunia.
"Harga Rp8.500 per kilogram itu hanya bertahan dan dapat dinikmati petani tidak cukup sebulan atau hanya beberapa kali panen saja menjadi harga paling rendah yakni Rp5.000 per kilogram saat ini," kata ia.
Anjloknya harga tersebut tidak saja berimbas pada ambruknya perekonomian pedagang tetapi juga pada petani di daerah itu.
Dengan kondisi harga itu petani makin sulit memenuhi kebutuhan sehari hari karena perekonomiannya hanya bergantung pada komdoti itu.
"Komoditi ini merupakan andalan petani di kabupaten ini selain kelapa sawit dan kakao. Jika harga terendah ini berlanjut maka petani dan pedagang yang ekonominya bergantung pada komoditi itu juga akan mengalami pasang surut, " ujar ia.
Anjloknya harga komoditi tersebut bukan hanya terjadi di kabupaten itu tetapi juga di daerah lain di Sumbar karena turunnya harga di pasar internasional.
Mursin (42) seorang petani karet mengatakan, menyadap karet di kebun miliknya merupakan harapan bagi keluarganya untuk menutupi kebutuhan sehari hari.
Namun, dengan harga karet saat ini petani sudah mengalami kerugian karena biaya yang harus di keluarkan untuk kebutuhan keluarga dan ke kebun se hari hari lebih besar dari penghasilan yang didapat.
"Jangankan harga Rp5.000 per kilogram, pada harga Rp8.500 per kilogram sebelumnya, petani sudah mengalami kerugian karena penghasilan dari menyadap belum dapat mengimbangi kebutuhan se hari hari keluarga, " ujar ia.(04)