• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

20 Februari 2013

447 kali dibaca

Jembatan Koto Lamo - Aie Kalam Dibangun 2013

Painan, Februari 2013.  

Jembatan penyeberangan bagi siswa dan masyarakat Koto Lamo - Aie Kalam Nagari Lakitan Tengah Kecamatan Lengayang dibangun pada tahun 2013. Terkait dengan rencana itu, siswa dan warga sekitar menyambut gembira rencana pemerintah tersebut.

Kepala Dinas PU Pessel Pri Nurdin melalui Kabid Bina Marga Fredi menyebutkan, pemerintah akan membangun jembatan penghubung Koto Lamo - Aie Kalam pada tahun 2013 mendatang. "Seharusnya pembangunan berlangsung pada tahun ini, namun akibat air sering meluap, maka kegiatan pembangunan dilaksanakan pada tahun 2013," katanya menjelaskan.

Terkait dengan rencana pembangunan jembatan tersebut, M Yunus Wali Nagari Lakitan Tengah mengaku sangat gembira dengan kabar bakal dibangunnya jembatan itu. Selama ini siswa yang berasal dari Koto Lamo dan Lubuak Tanah harus menantang maut untuk dapat mengikuti pelajaran. Sepatu dan sandal mereka harus dilepas untuk dapat keseberang. Siswa harus hafal medan dan titik titik aman untuk dipijak. Tas, sandal dan barang barang yang tidak boleh basah diangkatnya tinggi tinggi. Satu sama lain ada yang saling berpegangan untuk menahan derasnya arus.

"Menyeberang sungai adalah tantangan paling besar untuk dapat mengikuti pelajaran dihadapi oleh siswa/sisiwi yang berasal dari Koto Lamo dan Lubuak tanah itu. Kampung ini dipisahklan oleh Batang Lakitan," katanya.

Sementara Kepala Kampung Koto Lamo Rusman menyebutkan, siswa disini tidak dapat ke sekolah dengan menaiki angkutan umum, dengan sepeda motor atau layaknya seperti rekan rekan mereka yang ada di sekolah lain yang memiliki kondisi wilayah normal. Setiap hari siswa siswa harus menghadang bahaya demi ilmu dan masa depan. Bahkan sesekali harus menghadang ganasnya air bah.

Sukri (14) siswa kelas 2 SMP 5 menyebutkan, meski harus melewati sungai untuk dapat sampai ke sekolah, namun tidak membuat hatinya patah arang dan tidak membuat nyalinya ciut. Jika sudah terbiasa tidak pula menjadi beban. Bahkan bila diharuskan datang pagi pagi sekali, misalnya piket, upacara dan lain lain, ia berani pula melawan dingin Batang Lakitan.

"Biasanya saya membawa kain sampiang (kain pengganti-red) untuk menyeberang, namun sekarang tidak soalnya hari Sabtu. Dimusim kemarau, biasanya kami dapat menyeberangi sungai dengan enteng," katanya.

Namun menurutnya, kondisi yang paling mencemaskan baginya adalah bila terjadi perubahan ketinggian air atau banjir. Rata rata siswa asal Koto Lamo dan Lubuak Tanah tidak sanggup lagi menyeberang, apalagi perempuan. Pernah beberapa orang memaksakan diri datang kesekolah dengan berenang saat air sedang besar, tapi hanya untuk kondisi kondisi tertentu," katanya.

Disebutkannya, bila air sungai besar dipastikan siswa tidak bisa menyeberang, alhasil tidak bisa masuk kesekolah. Bukan karena tidak bisa berenang, tapi tidak bisa menyelamatkan buku buku pelajaran saat berenang. "Beberapa teman saya ada yang mundur dari sekolah gara gara air sering besar disini, dan mereka sanggup lagi menyeberangi sungai. Dan dengan adanya rencana pembangunan jembatan, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah," kata Sukri.

Sementara itu Kepala Kampung Aie Kalam Akmal Marna menyebutkan, jarak antara Koto Lamo dan Aie Kalam sebenarnya tidaklah terlalu jauh. "Hanya dipisahkan sungai, namun hingga kini belum ada sarana penyeberangan sehingga seolah terpisah dan jauh. Kami sebenarnya juga merasa khawatir terhadap keselamatan siswa dan masyarakat yang saban hari menyeberangi sungai," katanya.(09