Painan,Juli--Hasil produksi yang dihasilkan oleh kelompok wanita ini belum dikenal luas karena hasil produksinya masih terbatas dan tidak diproduksi banyak, namun usaha itu setidaknya telah membuat anggotanya dapat meningkatkan ekonomi anggotanya.
Awal kelompok ini berdiri akibat kedatangan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) aing yang tergabung dalam CCR (Caritas Greach Republik) pada Mei 2011 lalu, dimana tujuan kedatangan LSM ini untuk memberikan pembinaan kepada warga yang berada di zona merah ancaman tsunami dengan memberikan perhatian khusus berupa modal dan pembinaan kepada masyarakat dalam meningkatkan ekonomi kelaurga.
Maka perhatian LSM itu ditujukan kepada Kelompok Tani (KT) yang ada di kenagarian Cerocok Anau Kecamatan Koto XI Tarusan, mereka menilai daerah Cerocok disamping berada di pinggir pantai juga memiliki potensi yang melimpah baik disegi pertanian maupun hasil lautnya.
Beranggotakan 21 orang kelompok dengan pemberian modal awal Rp 2 juta dan anggota KT diberikan pelatihan cara mengolah lahan tidur dan perkarangan untuk bisa ditanami tumbuhan seperti sayuran dan buah buahan yang nanti hasilnya dijual dan sebagian lagi di olah untuk membuat pupuk organik.
Ketua kelompok Vevia Rosi 34 mengungkapkan kalau usaha kelompok nya sudah mampu bekembang karena pembinaan yang dilakukan oleh CCR kini kelompoknya kini telah mampu memproduksi bermacam pupuk organik seperti pupuk kompos organik,PPC Daun,2 PT, Biostater,Insektisida dan PPC Buah disamping itu hasil tanaman kelompok itu bisa juga dikonsumsi oleh anggota kelompok guna meningkatkan gizi kelompoknya.
Bahan untuk membuat pupuk organik tidak sulit untuk didapat,karena juga berasal dari hasil kebuh kelompok dan bahan lainnya yang mudah didapat seperti daun,buah segar,gula,kotoran sapi segar dan lama, sekam padi,bekas kayu kataman.
Pupuk organik itu dikemas dalam botol botol dengan berbagai ukuran dimana satu liter pupuk organik dijual dengan harga Rp 20 ribu dan buah buah segar seperti terung,sawi,bayam dan sayuran lain diikat dan dijual kepada warga lain,dengan harga terjangkau,satu ikatnya dihargai Rp 1000,-.
Akibat usaha gigih kelompok modal awalnya yang hanya sekitar Rp 2 juta yang diberikan oleh CCR sekarang sudah menjadi Rp 5 juta lebih dengan omset rata rata setiap bulan sekitar Rp 500.000,-. Dan modal itu juga dipinjaman secara bergilir kepada anggota kelompok untuk modal usaha anggota.
"Kini anggota kelompok sudah dapat merasakan manfaat pembinaan yang dilakukan oleh CCR dimana ekonomi anggota kelompok yang sebagian besar berasal dari ekonomi lemah sekarang meningkat lebih baik," ungkap Ibu dua anak ini
Namun usaha mereka itu tidak terpokus hanya kepada pembuatan pupuk organik dan pengolahan kebun kelompok tetapi juga pada pengolahan hasil laut untuk dijadikan komoditi yang memiliki nilai jual,membuat dendeng ikan dan dikemas serta di packing secara baik dan dipasarkan kepada warga lain.
"Pemasaran masih pada pasar lokal,karena keterbatasan promosi serta keterbatasan pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok, maklumlah anggota kelompok berasal dari ibuk ibuk rumah tangga dari ekonomi lemah dan pendidikan minim," ujar Vevia Rosi yang juga guru Bahasa Inggris di SDN 26 Nanggalo Tarusan.
Modal dan kurangnya promosi menjadi kendala mendasar sehingga hasil usaha mereka kurang berkembang baik.Akibatnya kelompok tidak mampu memproduksi lebih banyak karena penjualan tidak terlalu banyak sebab tidak dikenal lebih luas.
Sebenarnya perhatian pemeritah kepada kelompok ini juga cukup tinggi dengan seringnya memberikan pelatihan baik itu pengolahan hasil produksi baru maupun pengemasan packing ,namun itu tidak membawa hasil maksimal karena sebagian orang masih belum mengenal produksi mereka
"Kita berharap perhatian pemerintah bisa lebih kepada kelompok ini, dengan diikuti pameran dan promosi pada event seperti wisata sehingga usaha ini bisa dikenal lebih luas dan bisa memproduksi lebih banyak.,"lanjutnya
Salah satu anggota kelompok wanita tani Roslaini 59 mengungkapkan ,dia telah dapat menikmati kerjakeras kelompoknya, setiap harinya dia bisa memanfaatkan kebun untuk kebutuhan sehari hari, seperti sayuranya bisa di konsumsi oleh keluarganya dalam pemenuhan gizi keluarga.
"Bersyukur dengan adanya kelompok tani ini, kita bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan keluarga sehari hari, ini bisa menghemat pengeluaran keluarga untuk pemenuhi kebutuhan sehari hari, " ujarnya
Sementara itu Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit mengungkapkan kelompok wanita tani dengan memanfaatkan perkarangan sdapat membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehari hari.
Keberadaan KWT ini merupakan Program Percepatan Peanekaragaman Komsumsi Pangan bagi masyarakat tani, dimana bertujuan agar masyarakat tani dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan untuk dapat ditanami oleh tumbuhan seperti sayuran dan buah buahan. Di Kabupaten Pesisir Selatan ada sekitar 20 KWT dibawah yang dibina oleh Kantor Ketahanan Pangan dan penyuluhan K abupaten Pesisir Selatan. (07)(07)