Painan, Juni ----
Masyarakat Silaut 3 sangat berharap sekali jembatan Beli yang ambruk ketika dilewati oleh truk mengangkut alat berat pada jumat (8/6) pekan lalu segera diperbaiki, karena aktifitas ekonomi masyarakat sangat tergangu sekali, warga terpaksa harus memutar sekitar 20 km untuk mengangkut hasil sawit mereka.
Kendati telah adanya perjanjian antara Muspika (Camat, Kapolsek, Danramil) pada minggu (10/6) lalu dimana perusahaan pemilik tronton dan alat berat harus bertangungjawab akan perbaikan jembatan tersebut namun hingga kini realisasinya tidak ada.
Sarianto, S.Ag Dt. Manti Batuah anggota DPRD Pesisir Selatan yang berasal dari pemilihan V Silaut mengatakan, Pemda juga harus bisa bertindak proaktif membantu kesulitan warga tersebut. Bencana ambruknya jembatan tersebut telah menghambat ekonomi masyarakat, Tak ada alasan untuk menunda nunda perbaikan jembatan itu karena jembatan itu vital bagi kehidupan masyarakat ," ujarnya.
Diakui Sarianto, saat ini masyarakat secara swadaya memang sudah meletakan pohon kelapa di badan jembatan agar bisa dilewati kendaraan roda dua, namun hanya untuk kendaraan roda dua, kendaraan roda empat belum bisa.
Sementara itu Kabid Bina Marga PU Pessel Fredy Irawan mengungkapkan, perusahaan itu harus bertangungjawab akan kerusakan yang di alami jembatan beli tersebut, dimana sesuai dengan perjanjian perusahaan PT Cargo dan CV Kurnia harus bertangungjawab.
Dalam perjanjian yang dibuat itu perusahaan itu harus bertangungjawab membangun jembatan minimal jembatan darurat yang dibangun disamping jembatan yang roboh. apalagi jembatan itu merupakan jalur poros menuju Kota Terpadu Mandiri (KTM) .
"Kendati begitu Pemerintah Kabupaten Pessel juga tidak lepas tanggungjawab, dimana saat ini PU Pessel sedang berusaha meminta bantuan kepada Provinsi agar ikut menangunglangi perbaikan jembatan tersebut. kalau mengandalkan anggaran daerah tentu itu tidaklah mampu," ujarnya.
Diterangkannya, disamping jembatan beli itu masih ada 2 jembatan lainnya yang kondisinya juga sangat memprihatinkan, yang harus segera dilakukan perbaikan, kalau tidak kondisi yang sama akan segera terjadi, akibatnya masyarakat akan semakin kesulitan nantinya.
" kondisi jembatan itu sudah tidak layak lagi, usia jembatan itu sudah 20 tahun, karena perhatian harus segera dilakukan, ini sangat penting apalagi daerah itu merupakan jalur bagi warga mengangkut hasil sawit mereka keluar," ujarnya.
Sementara itu Camat Lunang Silaut Feri mengungkapkan hal yang sama, Apalagi daerah yang menjadi daerah tempat jatuhnya truk dan alat berat itu berada disekitar perkebunan sawit milik warga, akibatnya lalu lintas sawit untuk diangkut keluar daerah dari petani ke pengumpul juga ikut tergangu.
" Petani sawit menjadi resah, kalau jembatan ini tidak segera ditanggulangi dan bisa dilewati sebab sawit para petani akan busuk dan harga dipasaran akan semakin anjlok," ujarnya lagi. Dimasa mendatang kita akan memantau para truk yang akan melintasi daerah ini, agar kejadian ini tidak berulang lagi, mengingat untuk membangun sebuah jembatan membutuhkan biaya yang sangat besar," ujarnya.
Seperti diketahui, sebuah jembatan permanen di Silaut 3 ambruk dan rusak berat karena dilewati oleh sebuah truk tronton yang bermuatan alat berat. Akibatnya lalu lintas ekonomi masyarakat di 7 nagari ikut tergangu akibat insiden itu. Ketujuh nagari itu adalah Nagari Sai Pulai, Tl Binjai, Pasir Binjai, Nagari Durian Saribu, Nagari Lubuk Bunta, Nagari Air Hitam dan nagari Sambungo.
Kejadian itu terjadi Jumat (8/6) lalu berawal dari sebuah truk tronton milik CV Kurnia mengangkut alat berat milik PT Tarco Padang menuju Silaut I untuk menyelesaikan proyek drainase sekitar pukul 17.30 Wib.
Namun karena beban yang ada tidak bisa ditampung oleh jembatan yang hanya bisa dilalui oleh muatan sekitar 10 ton sedangkan beban tronton dan alat berat sekitar 30 ton mengakibatkan jembatan, truk, alat berat ambruk kebawah. Insiden itu disebabkan sopir truk memaksakan melewati jembatan yang sudah berusia tersebut. Insiden ini menghambat aktifitas ekonomi masyarakat Silaut 3,1.2.5,6,dan Silaut 4 atau sekitar 10.000 jiwa masyarakat terisolir.
Perbaikan sementara oleh masyarakat telah dilakukan secara swadaya dengan meletakan pohon kelapa di sekitar badan jembatan agar bisa dilewati kendaraan roda dua, namun warga berharap bisa segera dilalui kendaraan roda empat yang mengangkut hasil pekebunan sawit masyarakat. (07)