• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

10 Maret 2015

283 kali dibaca

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Belum Pengaruhi Harga Komoditi Perkebunan Pessel

Painan, Maret 2015

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar belum menyebabkan harga komoditi perkebunan di Pesisir Selatan alami penurunan, bahkan komoditi kakao melambung. Bertahannya harga sejumlah komoditi perkebunan disebabkan tingginya permintaan luar negeri, sementara dilain pihak eksportir sudah membuat kontrak soal harga.

Komoditi yang belum alami penurunan harga tersebut akibat melemahnta nilai tukar rupiah adalah gambir, pinang, kakao dan karet.

Febrimar Chan (40) pedagang pengumpul hasil perkebunan rakyat di Kambang Lengayang Selasa (10/3) menyebutkan, harga pinang dua pekan terakhir dipatok pada harga Rp11.500 perkilogramnya. Harga sebelumnya Rp11.000, beberapa waktu kemudian naik, harga ini sangat terkait patokan harga di Padang. Ini menandakan melemahnya nilai rupiah belum berpengaruh pada penurunan harga.

"Namun secara tekhnis saya tidak mengetahui penyebab harga komoditi pinang bisa bertahan di Padang," ungkap Febrimar.

Sementara Ifantri (37), pedagang karet di Pessel menyebutkan, harga komoditi ini cenderung datar. Satu kilogram karet dipatoknya seharga Rp5.500, sementara pekan lalu masih dihargai Rp5.500 juga. Harga karet tergantung dimana karet tersebut ditimbang. Jika semakin jauh dari jangkauan kendaraan roda empat maka harganya makin murah.

Selanjutnya di Sutera, harga komoditi gambir dipatok pedagang pengumpul pada harga Rp9.500 perkilogramnya. Sebelum menyentuh harga tersebut, harga gambir ditingkat pedagang memang Rp14.000 perkilogramnya, tapi turunnya sebelum nilai tukar rupiah lemah.

Kemudian harga kakao malah meroket di tingkat pedagang pengumpul dan menyebabkan petani kakao bergairah sejak pekan lalu hingga kini. Pedagang pekan lalu membeli satu kilogram kakao kepada petani sebesar Rp26000 perkilogram.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan Pesisir Selatan, Afrizon Nazar mengatakan, kakao sebetulnya termasuk komoditi unggulan. Namun memang selama ini serangan tupai menjadi kendala sehingga produksi tidak maksimal.

Disebutkannya, alasannya menjadikan komoditi itu unggulan perkebunan karena ketersediaan lahan dan prospek daya tumbuh komoditi itu di Pessel sangat bagus.

Produksi komoditi itu di daerah yang aman dari serangan tupai setiap tahunnya justru terus terjadi peningkatan. Begitu juga dengan kualitas, komoditi terbilang bagus dan tidak kalah bersaing dengan komoditi yang produksi daerah lain.

"Hampir seluruh daerah di Pessel cocok untuk pengembangan komoditi ini. Sejak beberapa tahun belakangan produksi komoditi ini terus terjadi peningkatan. Kualitasnya tidak kalah saing dengan daerah lain", kata Afrizon.

Hingga kini luas areal tanam kakao di Pessel mencapai 2.150 hektar dengan tingkat produksi 750 ton.(09)