• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

18 Mei 2016

553 kali dibaca

Nagari Koto Nan Tigo Utara Surantih Magari Berprestasi Tingkat Provinsi

Painan,Mei 2016.  

Nagari Koto Nan Tigo Utara Surantiah, Kecamatan Sutera mewakili Kabupaten Pesisir Selatan dalam lomba nagari berprestasi tingkat Sumbar tahun 2016. Nagari ini tampil sebagai pemenang nagari berprestasi tingkat kabupaten disebabkan oleh tingginya swadaya dan gotongroyong masyarakat.

Nagari Koto Nan Tigo dinilai langsung tim penilai lomba nagari berprestasi tingkat Provinsi Rabu (18/5) kemarin didampingi oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat,KB Perempuan Mawardi Roska.

Pada kesempatan itu Mawardi Roska mengungkapkan Keberhasilan nagari dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan walinagari  dan lembaga kemasyarakatan nagari.Hal ini harus didukung oleh niat emangat,motivasi,kerjasama,koordinasi dan keterbukaan kepada semua pihak .

"Sebagai institusi besar yang mewadahi warga masyarakat, kepiawaian walinagari dalam menjalankan peran manejer pemerintahan terendah sangat dituntut dan diawasi setiap saat oleh masyarakat," ujarnya 

Kepala BPM Provinsi Syafrizal mengungkapkan yang dinilai dalam lomba nagari berprestasi ini antara lain bidang kesehatan, ekonomi, PKK, Kamtibmas, pemerintahan, kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan lainnya, sehingga antara data yang ditampilkan dengan kondisi dilapangan harus sesuai.

"Ini bukan kegiatan seremonial,akan tetapi merupakan kegiatan evaluasi ,sejauh mana peran serta masyarakat dalam melaksakaan pembangunan mulai dari tahap perencanaan,pelaksanaan,evaluasi serta sampai tahap pelestarian serta sejauh mana tanggungjawab masyarakat terhadap pembangunan,' ujarnya  

Lebih lanjut dikatakannya, untuk melihat keberhasilan pembangunan setiap tahunnya maka dilakukan perlombaan nagari yang dilaksanakan secara terkoordinasi,terpadu dan berkelanjutan

Sementara itu Walinagari Koto Nan Tigo Rabu (18/5) Erwil saat penilaian nagari berprestasi tingkat provinsi menyebutkan, swadaya masyarakat dalam pembangunan di nagari ini sangat besar. Misalnya soal membuka akses kampung tertinggal Lambung Bukik yang perna terkenal akibat pemberitaan media massa nasional tahun 2013 lalu. Kampung yang tertinggal itu selain dihadapkan pada sulitnya prasarana dasar kesehatan juga soal siswa yang tiap pagi melawan maut di Batang Surantiah setiap pagi. 

Kampung Lambung Bukik akhirnya menjadi target untuk segera keluar dari status tertinggal. Kampung itu berada sekitar 10 kilo meter dari Pasar Surantiah. Masuk di simpang tiga Pasar Surantiah menuju arah matahari terbit. Kendaraan tiga tahun lalu hanya bisa sampai hingga tepian Kampung Kayu Gadang. Dari sini sudah dapat disaksasikan bagaimana beratnya perjuangan anak anak dan orang dewasa menyeberang sungai.

Menurut Erwil,jumlah penduduk di kampung yang terkungkung itu adalah 187 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 45. Penduduk disini menggantuankan hidup pada usaha dibidang pertanian dan perkebunan gambir.

Luas lahan pertanian sekitar 50 hektar dan didukung oleh satu kelompok tani. Sementara sebagian penduduknya mengusahakan gambir di bukit yang ada disekitar kampung. Berbagai produksi pertanian dan perkebunan diangkut melalui Batang Surantiah yang deras itu. Selain berbahaya, rupanya dengan tidak adanya sarana penyeberangan membuat hasil pertanian tidak menguntungkan.

Selama tiga tahun, Erwil bersama masyarakat kemudian bekerja keras menaikkan status dari tertinggal menjadi maju. Kini Lambung Bukik telah berubah. Jembatan sepanjang 100 meter telah membentang dan warga dengan sukarela menyerahkan lahan dan bahkan rumah mereka untuk dibangun fasilitas umum. Selain swadaya untuk jembatan, warga juga menyerahkan tanah bagi pembangunan SMPN 8."Ini salah satu kelebihan Koto Nan Tigo sehingga tampil jadi nagari terbaik Pessel," katanya.(07)