• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

27 November 2018

400 kali dibaca

Pantai Penyu Ampingparak Telah Menjadi Kawasan Ekowisata Andalan Pessel

Pesisir Selatan, 27 November 2018--Upaya Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LP2L) Nagari Ampingparak Kecamatan Sutera Kebupaten Pesisir Selatan (Pessel) mengembangkan kawasan yang selama ini gersang dan tidak terjaga, ternyata telah membuahkan hasil.

Kawasan yang hanya berupa hamparan pasir putih yang gersang diseberang muara di nagari itu, sekarang berubah menjadi hamparan yang hijau dengan ditumbuhi pohon cemara yang rindang.

Pada kawasan yang memiliki luas mencapai 5 hektare itu, pemuda Nagari Ampingparak yang tergabung pada kelompok Laskar Turtle Camp (LTC) Ampingparak, mengembangkan kawasan itu menjadi Kawasan Ekowisata Penyu.

Ampiangparak merupakan sebuah nagari di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Painan arah Provinsi Bengkulu.

Sekarang kawasan yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pinggir jalan nasional itu, telah menjadi ojek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Bahkan pada hari-hari libur, para pengunjung bisa mencapai ribuan orang per hari.

Ketua Laskar Turtle Camp (LTC) Ampingparak, Haridman Kambang mengatakan kepada pesisirselatan.go.id Selasa (27/11) bahwa kawasan itu sekarang berubah menjadi kawasan Ekowisata Penyu.

" Saya katakan demikian, sebab motivasi pengunjung untuk datang ke lokasi ini tidak hanya sekedar untuk berwisata menikmati keindahan pantai dengan cemara lautnya yang rindang. Tapi juga ingin mengetahui dan melihat secara dekat hewan yang dilindungi jenis penyu yang dilakukan konservasinya di lokasi ini," ungkap penerima anugerah Kalpataru tingat Sumbar tahun 2018 ini.  

Dia mengatakan bahwa dalam melakukan pengelolaan kawasan, dia dibantu oleh pemuda yang sama-sama memiliki komitmen manjaga dan melestarikan kawasan pesisir pantai yang selama ini gersang, berikut habitat yang selama ini bersarang tapi terganggu keselamatanya.

" Ternyata upaya yang dilakukan selama ini, tidak hanya membuat kawasan ini menjadi indah dan nyaman. Tapi juga mampau membuka lapangan kerja bagi pemuda dan masyarakat," ujarnya.  

Dikatakan demikian, sebab pengunjung yang datang secara berkelompok, dilayani oleh pengelola dengan konsep pendidikan. Sebelum terjun ke lapangan, pengunjung diberi pembekalan dan informasi dasar tentang penyu oleh petugas yang ditunjuk kelompok.

" Setelah berbagai informasi diberikan, pengunjungpun diantar ke lokasi dengan perahu motor melalui pendampingan petugas. Kemudian bagi pengunjung yang berpartisipasi melepaskan penyu, diberikan sertifikat peduli lingkungan oleh Kelompok LTC," katanya.

Karena itu merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengunjung, sehingga konservasi Penyu yang dikelola oleh LTC Ampingparak itu berkembang menjadi objek wisata edukasi. ecara khusus.

" Kami memberikan edukasi tentang perlindungan penyu dan vegetasi pantai kepada pengunjung. Edukasi diberikan bila pengunjung datang secara resmi dengan memberitahu pengelola sebelum kedatangan," kata Haridman.

Terkait edukasi tersebut Haridman menjelaskan, edukasi diberikan pada dua sesi. Sesi pertama berlansung di Pondok Informasi milik kelompok sebelum pengunjung dimobilisasi ke zona kunjungan. Pada sesi pertama ini pengunjung diberikan informasi tentang kawasan.

" Pengunjung harus tahu dulu tentang kondisi geografis kawasan serta vegetasi pendukung konservasi penyu. Misalnya jenis dan fungsi tanaman mangrove sebagai vegetasi penting yang juga harus dilindungi. Termasuk pemahaman pengunjung terhadap peran dan fungsi cemara laut," katanya.

Menurutnya, konservasi penyu harus dilihat secara utuh sebagai sebuah ekosistem pantai dan laut. Jadi, pada akhirnya terbangun sebuah kesadaran atau pemahaman untuk melindungi kawasan secara keseluruhan, karena penyu mau mendarat dan bertelur bila kawasannya tetap terjaga dari kerusakan.

" Setelah informasi tentang kawasan selesai, maka pemandu atau pemateri memaparkan materi khusus tentang penyu. Tujuan materi tentang penyu disampaikan supaya masyarakat atau pengunjung tahu siklus hidup penyu yang sangat unik dan menarik untuk bahan pembelajaran. Namun yang terpenting adalah pengunjung harus tahu bahwa hewan ini sedang terancam punah akibat manusia dan perlu dilindungi," katanya.

Sesi pertama ini menurut Haridman memakan waktu sekitar 1,5 jam, karena selain penyampaian materi akan dibuka kesempatan berdiskusi.Untuk kunjungan penelitian dan kunjungan lapangan, pengelola kadang menghadirkan doktor ahli tentang penyu dari Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta.

" Setelah kegiatan edukasi sesi pertama selesai, pengunjung diangkut menggunakan perahu motor menuju zona kunjungan. Waktu yang terpakai untuk penyeberangan sekitar 5 menit," katanya menjelaskan.

Kemudian setelah dizona kunjungan, masuk ke sesi dua. Disesi dua yang memakan waktu sekitar 2 jam tersebut, pengunjung akan mendapat pengalaman lapangan.

" Pertama kami memperkenalkan tempat penyu bertelur bahkan menunjukkan jejak penyu mendarat serta cara pengukuran tacking. Kemudian menjelaskan proses relokasi dari tempat induk bertelur ke penetasan serta informasi lamanya penyu menetas dan proses release tukik," jelasnya.

Selanjutnya pengunjung juga dipandu mengenali berbagai jenis penyu yang ada di kawasan ini. Sejumlah jenis penyu ada di bak perawatan, misalnya penyu sisik, penyu lekang dan penyu hijau.

" Pada bagian akhir sesi ini pengunjung juga dibawa langsung ke taman mangrove yang posisinya tidak jauh dari tempat rawatan," katanya.

Disebutkan Haridman, proses edukasi seperti itu akan menciptakan pengunjung yang peduli dan bertanggung jawab pada lingkungan.

" Kemudian kami berharap informasi perlindungan penyu ini akan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Sementara untuk kegiatan menyaksikan penyu bertelur menurut Haridman, petugas kelompok akan memandu secara khusus ketempat induk penyu bertelur.

" Kegiatan menyaksikan penyu bertelur berlangsung pada malam hari, dan pengunjung harus menginap di Homestay yang telah disediakan," katanya.

Selain edukasi tentang penyu, pengelola juga menyediakan paket khusus ke Pulau Kerabak dan Gosong Nambi untuk kegiatan snorkling dan diving.

Walinagari Ampingparak Yusmardi menyebutkan, pihaknya sangat terbantu dalam hal pelestarian lingkungan dengan adanya kegiatan kelompok.

" Dan kami mendukung kegiatan edukasi yang diberikan kelompok kepada masyarakat atau lembaga yang datang," timpalnya. (05)