Pesisir Selatan--Terus meningkatnya harga komoditi bawang merah untuk konsumsi masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) sejak satu bulan terakhir, membuat kalangan ibu rumah tangga di daerah itu kian menjerit.
Peningkatan penjualan dari pedagang pengecer kepada konsumen itu akibat tersendatnya pasokan bawang merah dari Pulau Jawa. Hingga saat ini produksi bawang lokal masih sangat minim, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah.
Hal itu diakui Yarnelis 51, pedagang bawang merah di Pasar Inpres Painan, kecamatan IV Jurai, Selasa (31/5).
Dijelaskannya bahwa penjualan bawang merah dari pedagang grosir kepada pengecer mengalami kenaikan di daerah itu sejak satu bulan terakhir.
"Kondisi ini tentu berpengaruh pula terhadap penjualan pengecer kepada konsumen. Bahkan tidak tanggung-tanggung, sebab kenaikannya dalam rentang satu bulan mencapai Rp 40 ribu. Saya katakan demikian, sebab di daerah ini harga 1 kilogram bawang merah jenis lokal dua pekan lalu sempat Rp 60 ribu per kilogram. Namun sekarang sudah berada pada kisaran Rp 45 ribu," ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa sebenarnya kalangan ibu rumah tangga di daerah itu lebih menyukai bawang lokal yang berasal dari Alahan Panjang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Pessel sendiri.
"Namun hasil produksi petani bawang di daerah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar lokal. Makanya sebagai pedagang kami masih bergantung dari pasokan luar, bahkan dari Pulau Jawa," ucapnya.
Ditambahkannya bahwa selisih harga antara bawang merah asal jawa dengan bawang merah lokal asal Alahan Panjang dan Pessel sendiri, bisa mencapai Rp 10 ribu.
Dia juga menyampaikan bahwa sebagai pedagang pengecer tidak bisa memastikan kebutuhan dapur itu bisa kembali stabil.
"Dari satu sisi petani bawang di daerah ini berharap harga bisa terus naik dan bertahan tinggi. Namun di sisi lain membuat kalangan ibu rumah tangga menjerit. Kondisi ini jelas berdampak terhadap daya beli, dan akhirnya membuat penjualan kami sebagai pedagang bawang juga menurun. Sebab untung yang kami dapatkan tidaklah begitu besar dari selisih modal pembelian ke pedagang grosir," keluhnya.
Ramli 46, pedagang lainnya mengatakan bahwa saat ini sebagian besar jenis bawang yang dijual di semua pasar tradisional di Pessel didominasi oleh bawang merah yang berasal dari luar daerah.
"Selain Solok, Padang Panjang, dan Bukittinggi, pasokan bawang merah untuk Pessel juga dari Pulau Jawa. Beruntung sudah ada masuk mobil dari pemasok bawang dari Pulau Jawa, sehingga harga sudah mulai turun. Sebab jumlah produksi bawang merah dari petani Pessl masih sangat terbatas," ujarnya.
Yarni 43, ibu rumah tangga di Pasar Surantih, mengatakan pula bahwa bawang merah merupakan kebutuhan utama bumbu dapur yang tidak bisa dikesampingkan ketika memasak sambal.
"Sehingga berapapun kenaikannya, tetap juga dibeli. Namun jumlahnya terpaksa dibatasi, serta juga menahan kebutuhan yang lain agar tetap bisa membeli bawang," ucapnya.
Ditambahkannya bahwa sebagai ibu rumah tangga dia memang lebih memilih bawang jenis lokal yang berasal dari Alahan Panjang, Solok, Padang Panjang, dan Bukittinggi. Sebab bawang yang berasal dari beberapa daerah itu lebih harum dan terasa gurih, serta juga tidak banyak mengandung air.
"Kami berharap agar kenaikan harga komoditi jenis bawang merah itu tidak terus merangkak naik. Sebab sangat berpengaruh terhadap kebutuhan lainnya. Apalagi saat ini juga akan menghadapi hari masuk sekolah. Tentu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari itu kami berharap agar pemerintah bisa segera untuk mengantisipasinya," keluh Yarni.