• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

18 Juni 2012

342 kali dibaca

PELANGAI SEDIAKAN 2000 HEKTAR LAHAN JAGUNG

Painan, Juni --- Masyarakat Nagari (desa adat) Koto VIII Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat menyediakan lahan pertanian 2.000 hektar untuk pengembangan tanaman jagung.
Wali Nagari Koto VIII Pelangai, Rais di Painan, Kamis, mengatakan, daerah tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan komoditi itu. Namun sejauh ini belum tergarap maksimal oleh petani setempat sehingga sebagian besar potensi itu terlantar.
Jika penggarapan lahan bisa dioptimalkan, maka produksi jagung di daerah tersebut akan terjadi peningkatan yang lebih tinggi lagi.
Selama ini sekitar 2.000 hektar potensi tersebut ditanami oleh petani dengan tanaman padi. Namun sejak rusaknya bendungan irigasi yang berada di nagari tersebut akibat banjir bandang 3 November 2011 sehingga lahan itu mengalami kekeringan karena tidak mendapat pasokan air.
Pada beberapa bulan terakhir, masyarakat setempat memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam jagung pakan ternak sebagai lahan percontohan.
Dari percontohan yang dilakukan di lahan seluas 25 hektar oleh kelompok tani Air Tawik Pelangai itu, petani berhasil memanen 11,6 ton per hektar pada akhir pekan lalu.
Ia mengakui hasil tersebut belum memuaskan karena petani masih mengelola lahan secara tradisional dan diyakini akan memuaskan apabila petani mengelola lahan dengan memanfaatkan teknologi pertanian yang modern.
Menurut ia, prospek tanaman jagung ke depannya semakin bagus karena memiliki pangsa pasar sangat besar dan harga cendrung stabil. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, jagung juga bermanfaat untuk pakan ternak.
Maka itu dengan segala potensi yang dimiliki, ia berharap agar pemerintah memberikan perhatian khusus dan dukungan kepada masyarakat untuk memaksimalkan penanaman tanaman jagung.
Perhatian itu seperti halnya pemberian bantuan modal usaha bagi petani untuk melakukan pengelolaan lahan hingga panen sebab selama ini petani selalu terkendala oleh minimnya permodalan yang dimiliki.
Jika itu terlaksana, maka selain dapat mengurangi lahan terlantar, hal tersebut juga dapat menghidupkan perekonomian petani disaat lahannya mengalami kekeringan seperti yang dialaminya saat ini sejak beberapa bulan terakhir.(04)