• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Peningkatan Kapasitas Aparatur Nagari dalam Era Transformasi Digital

26 Oktober 2025

19 kali dibaca

Peningkatan Kapasitas Aparatur Nagari dalam Era Transformasi Digital

Transformasi digital telah menjadi keniscayaan di era modern, di mana hampir seluruh aspek kehidupan manusia telah bersentuhan dengan teknologi informasi. Tidak hanya sektor swasta dan pendidikan, pemerintahan di tingkat paling bawah termasuk nagari sebagai unit pemerintahan terkecil di Sumatera Barat juga harus beradaptasi dengan perubahan ini. Kabupaten Pesisir Selatan, sebagai salah satu daerah dengan luas wilayah pesisir dan pedalaman yang cukup besar, memiliki tantangan tersendiri dalam mengembangkan kapasitas aparatur nagari agar mampu memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Peningkatan kapasitas aparatur nagari menjadi kunci untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang efisien, transparan, dan akuntabel di tengah dinamika era digital.

Dalam konteks Pesisir Selatan, aparatur nagari memiliki peran penting sebagai ujung tombak pelayanan publik. Mereka berhadapan langsung dengan masyarakat dalam urusan administrasi, perencanaan pembangunan, dan pengelolaan keuangan nagari. Namun, sebagian besar aparatur nagari masih menghadapi keterbatasan kemampuan dalam hal literasi digital, penguasaan aplikasi teknologi informasi, dan penggunaan sistem administrasi modern. Tantangan ini muncul karena faktor usia, latar belakang pendidikan, keterbatasan fasilitas teknologi, serta belum meratanya akses internet di beberapa nagari terpencil. Oleh sebab itu, peningkatan kapasitas aparatur nagari harus dirancang secara komprehensif, tidak hanya melalui pelatihan teknis, tetapi juga perubahan pola pikir menuju pemerintahan berbasis digital yang adaptif dan terbuka terhadap inovasi.

Transformasi digital dalam pemerintahan tidak hanya berbicara soal penggunaan komputer atau internet, tetapi lebih jauh tentang bagaimana aparatur mampu mengelola data, melayani masyarakat dengan cepat, serta membuat keputusan berbasis informasi digital. Di Kabupaten Pesisir Selatan, berbagai program digitalisasi mulai diterapkan, seperti sistem administrasi nagari berbasis daring, pengelolaan keuangan melalui aplikasi SIMDA, serta penggunaan media sosial untuk menyampaikan informasi publik. Namun, tanpa peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kebijakan digitalisasi akan sulit berjalan efektif. Banyak perangkat nagari masih bergantung pada pihak luar untuk mengoperasikan sistem digital, yang menyebabkan proses menjadi lambat dan tidak efisien.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memperkuat pelatihan literasi digital bagi aparatur nagari. Literasi digital bukan hanya kemampuan menggunakan komputer atau telepon pintar, tetapi juga kemampuan memahami keamanan data, etika digital, dan cara memanfaatkan teknologi untuk pelayanan publik. Program pelatihan dapat dilakukan secara bertahap melalui kerja sama antara Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), perguruan tinggi lokal, serta lembaga pelatihan profesional. Misalnya, aparatur nagari dilatih mengelola data kependudukan, surat menyurat digital, sistem keuangan berbasis aplikasi, hingga penggunaan media sosial resmi nagari untuk komunikasi publik. Pelatihan yang berkelanjutan akan membantu membangun kepercayaan diri aparatur dalam menghadapi tantangan era digital.

Selain pelatihan, peningkatan infrastruktur digital di tingkat nagari juga menjadi keharusan. Tidak semua wilayah di Pesisir Selatan memiliki jaringan internet yang stabil dan memadai. Nagari-nagari di wilayah pesisir terpencil atau di dataran tinggi masih mengalami kesulitan akses jaringan, yang menghambat proses digitalisasi pelayanan. Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi untuk memperluas jaringan internet hingga ke pelosok nagari. Program “Desa Digital” atau “Nagari Cerdas” dapat diintegrasikan dengan pembangunan infrastruktur jaringan agar setiap aparatur memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Dengan tersedianya infrastruktur yang memadai, proses administrasi nagari seperti pendataan warga, pengarsipan dokumen, hingga pelaporan keuangan dapat dilakukan secara efisien dan transparan.

Transformasi digital juga membuka peluang untuk memperbaiki sistem pelayanan publik di tingkat nagari. Dengan sistem administrasi berbasis digital, masyarakat tidak perlu lagi datang langsung ke kantor nagari untuk mengurus berbagai keperluan seperti surat keterangan, dokumen kependudukan, atau laporan kegiatan. Semua dapat dilakukan secara daring melalui platform layanan publik yang terintegrasi. Aparatur nagari dapat menggunakan aplikasi yang dirancang khusus oleh pemerintah daerah, yang tidak hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga mengurangi potensi kesalahan dan tumpang tindih data. Digitalisasi pelayanan publik ini akan memperkuat citra nagari sebagai pemerintahan yang modern, transparan, dan melayani dengan cepat.

Namun, di balik kemudahan teknologi, muncul pula tantangan baru berupa keamanan data dan etika digital. Aparatur nagari harus memahami bahwa data masyarakat merupakan aset penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, pelatihan mengenai keamanan siber, penggunaan sandi yang kuat, serta kesadaran terhadap ancaman digital seperti phishing dan peretasan sangat diperlukan. Pemerintah daerah juga perlu menyediakan sistem keamanan yang terintegrasi agar data nagari tidak mudah bocor atau disalahgunakan. Kesadaran akan pentingnya etika digital juga harus ditanamkan agar aparatur menggunakan media sosial dan teknologi secara bijak, profesional, dan sesuai dengan tanggung jawab publiknya.

Selain faktor teknis, keberhasilan transformasi digital di tingkat nagari juga bergantung pada perubahan pola pikir aparatur. Mereka harus memiliki semangat belajar yang tinggi, terbuka terhadap inovasi, dan tidak takut menghadapi perubahan. Pemerintah daerah dapat membangun budaya kerja digital melalui sistem penghargaan bagi nagari yang berhasil menerapkan pelayanan berbasis teknologi. Misalnya, pemberian penghargaan “Nagari Digital Terbaik” setiap tahun dapat memotivasi aparatur untuk terus berinovasi. Pendekatan berbasis penghargaan dan apresiasi terbukti efektif dalam membangun semangat kompetisi positif di antara aparatur nagari.

Selain itu, kolaborasi antar-nagari juga menjadi bagian penting dalam peningkatan kapasitas digital. Nagari-nagari yang sudah lebih maju dalam penerapan teknologi dapat menjadi mentor bagi nagari lain yang masih tertinggal. Forum komunikasi antar-aparatur nagari bisa difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan inovasi yang sudah terbukti berhasil. Kolaborasi ini tidak hanya mempercepat proses adaptasi digital, tetapi juga memperkuat solidaritas antar-nagari dalam membangun pelayanan publik yang lebih baik.

Pada akhirnya, peningkatan kapasitas aparatur nagari dalam era transformasi digital bukan hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang menciptakan tata kelola pemerintahan yang efisien, terbuka, dan partisipatif. Dengan aparatur yang cakap digital, nagari akan lebih mampu memberikan layanan publik yang cepat dan akurat, memperkuat transparansi dalam pengelolaan keuangan, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Transformasi digital juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembangunan melalui platform partisipasi publik yang mudah diakses.

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam pembangunan nagari digital di Sumatera Barat. Dengan dukungan kebijakan pemerintah daerah, pelatihan berkelanjutan, infrastruktur yang memadai, dan semangat aparatur yang terbuka terhadap perubahan, transformasi digital di tingkat nagari bukanlah hal yang mustahil. Justru sebaliknya, ini adalah langkah strategis menuju pemerintahan yang lebih efisien, adaptif, dan berorientasi pada pelayanan publik yang modern. Melalui peningkatan kapasitas aparatur nagari, Pesisir Selatan dapat melangkah pasti menuju era baru pemerintahan yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga berdaya dalam melayani masyarakatnya.