Painan, Maret 2015.
Kecendrungan pemilik ternak sapi mengembalakan hewan ternaknya dengan cara dilepas atau berkeliaran bebas di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) perlu dirobah agar hewan ternak yang dipelihara bisa lebih produktif lagi di masa datang.
Imbauan itu disampaikan, karena hingga saat ini kecendrungan masyarakat melepas ternak berkeliaran bebas masih terus terjadi. Padahal bila usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi itu dikelolah secara baik, akan bisa mendatangkan pemasukan yang menggiurkan dalam keluarga.
Sebab besarnya potensi pengembangan yang bisa dilakukan terhadap usaha bidang peternakan yang dimiliki oleh Pessel, sangatlah menjajikan bagi masyarakat.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pessel Nuzirwan dengan didampingi Kepala Bidang (kabid) Budidaya, Hamdi mengatakan kepada pesisirselatan.go.id di ruang kerjanya Jumat (13/3) bahwa sampai saat ini para peternak di daerah itu masih menggunakan kebiasaan lama dalam beternak, atau masih menerapkan pola dilepas.
" Padahal cara memelihara ternak dengan cara dilepas ini, bukan saja mengganggu kenayamanan dan ketertiban lingkungan. Tapi juga tidak memberikan keuntungan secara ekonomi. Sebab pola ini akan membuat hewan ternak tidak seproduktif hewan ternak yang dipelihara dan dikelolah secara konvensiolan," katanya.
Ditambahkanya usaha peternakan jenis sapi diyakini bisa memberikan jaminan secara ekonomi bagi pengelolahnya.
" Namun sistem yang dilakukan harus secara profesional dan baik, tidak dengan cara dilepas. Bahkan melalui kemajuan teknologi saat ini, sapi betina yang produktif bisa dilakukan Inseminasi Buatan (IB) secara teratur. Pola budidaya ternak sapi yang sudah dikembangkan saat ini, akan mampu meningkatkan populasi sapi di Pessel pada masa datang. Dari itu kepada peternak dihimbau agar segera meninggalkan pola lama dalam memelohara ternak, terutama sapi," ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa Pessel adalah salah satu daerah di Sumbar yang memiliki plasmanutfah, yang dikenal dengan sebutan sapi pasisia atau jawi atui.
" Sapi khas Pasisie atau plasmanutfah ini perlu dilesstarikan supaya tidak mengalami kepunahan, tentunya ini menjadi kewajiban bersama, baik pemerintah maupun warga peternak sendiri. Oleh pemerintah untuk mengantisipasi kepunahan adalah melalui memperbaikan sistem tata niaga sapi, serta melakukan sistem perkawinan murni sesama sapi lokal atau melalui IB," tutupnya. (05)