Painan, Desember ----
Kerusakan terumbu karang perairan laut Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) mencapai 70 persen dari luasnya 1278,18 hektar. Hasil penelitian Universitas Bunghatta tahun 2004 menunjukan, kondisi terumbu karang perairan laut kabupaten ini kian hancur (rusak). Dari luas terumbu karang 1278,18 hektar yang dimiliki, hanya 30 persen yang bisa dikatakan baik, selebihnya dalam kondisi rusak, ujar Sekretaris Dinas Kelautan Prikanan Pesisir Selatan, Yozki Wandri didampingi Kasi Pelestarian Pengelolaan Pesisir, Doni Rahma Syahputra di Painan,kemarin.
Kata ia, berbagai alasan yang menyebabkan kian hancurnya terumbu karang di perairan laut kabupaten itu. Dominan kerusakan ulah tangan manusia itu sendiri, seperti halnya, pemutasan ikan (putas) dan pengeboman ikan (Bom).
Selain itu, kondisi alam seperti seringnya terjadi banjir dan lainnya juga menyebabkan kerusakan tempat makan dan bersarangnya ikan laut tersebut.
Kondisi alam juga salah satu pnyebab rusaknya terumbu karang, seperti halnya banjir yang sering terjadi di kabupaten ini. Tanah dan material lainnya yang terbawa air akibat banjir akan mengendap dan menimbun terumbu karang di laut, kata Doni.
Pada tahun 2006, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan Prikanan telah mengalokasikan anggaran untuk meminimalisir (mengurangi) kapasitas kerusakan terumbu karang tersebut dengan melakukan rehabilitasi pada tempat-tempat terumbu karang yang mengalami kerusakan terparah di pesisir kabupaten itu.
Dalam kegiatan tersebut, Pemerintah menjadikan tempat itu sebagai pilot projek (proyek percontohan) dalam mengurangi kapasitas kerusakan terumbu karang.
Kegiatan itu dilakukan disekitar laut Pulau Aua Kecil dan Aua besar Kecamatan IV Jurai yang merupakan kawasan kerusakan terumbu karang terparah di kabupaten itu.
Tahun 2008 dan 2009, daerah itu kembali mendapat alokasi anggaran yang sama dari Pemerintah pusat untuk rehabilitasi terumbu karang itu. Kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan terumbu karang tersebut dengan membuat rak-rak atau lemari besi dengan dialiri listrik yang dipasang disekitar kawasan pesisir Pulau Aua Kecil dan besar.
Kata Doni, untuk merehabilitasi kerusakan terumbu karang di kabupaten itu hingga kini pemerintah kabupaten setempat belum ada mengalokasikan anggaran. Sementara, usulan dari dinas terkait sejak beberapa tahun terakhir terus dilakukan.
Keberadaan terumbu karang sangat mempengaruhi kelangsungan ekosistem laut, termasuk kehidupan sumber daya hayati di dalamnya. Terumbu karang merupakan tempat bertelur jenis ikan strategis, seperti ikan tuna dan lainnya. Maka itu perhatian kita semua termasuk pemerintah harus ikut menjaga kelestarian terumbu karang ini, kata ia.(04)