TNKS IMBAU MASYARAKAT JAGA HUTAN
Painan, September 2012
Pengelola Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wilayah III Kabupaten Pesisir Selatan mengimbau seluruh komponen masyarakat untuk menjaga ekosistem dan potensi hutan di kabupaten itu.
"Menjaga kelestarian hutan sangat penting dalam mengantispasi dampak buruk dari kerusakan hutan. Berbabagi bencana alam, gangguan binatang buas akan selalu mengancam manusia jika hutan tidak terjaga, " kata Kepala Seksi TNKS wilayah III Pesisir Selatan, Kamaruzzaman saat menyelenggarakan sosialisasi tentang pentingnya keberadaan hutan, kemarin.
Untuk menjaga kelestarian hutan dan ekosistim di wilayahnya, TNKS terus melakukan kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat, sekaligus menyusun perencanaan pemberdayaan masyarakat di wilayah hutan TNKS.
Ia berharap, dengan melibatkan semua elemen masyarakat seperti wali nagari (Kepala Desa Adat), Badan Musyawarah Nagari (Bamus Nagari), tokoh adat dan masyarakat yang berada di sekitar hutan tersebut dapat memperkecil kerusakan hutan dan menjaga habitat satwa yang ada di dalamnya.
"Jika hutan rusak maka ekosistem yang hidup didalamnya akan terganggu. Maka itu kita sangat mengharapkan kesadaran masyarakat disemua elemen untuk selalu bersama sama menjaga kelestarian hutan di kabupaten ini sehingga dapat meminimalisir segala dampak buruk yang bakal timbul dari kerusakan hutan yang merupakan paru-paru dunia itu, " ujar ia.
Satwa yang ada di kawasan TNKS kabupaten itu seperti Harimau Sumatera, Rusa, Siamang dan sebagainya. Beberapa waktu lalu, di hutan wilayah TNKS ini juga ditemukan tumbuh sebatang Bunga Raflesia jenis Hazelmi tepatnya di daerah Sako Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan.
Seluruh satwa yang hidup di hutan itu akan berdayaguna apabila dikelola dan dilestarikan dengan baik, namun sebaliknya, jika tidak, maka akan berakibat buruk pada manusia itu sendiri, bahkan akan menyebabkan terjadinya bencana.
Untuk mengidentifikasi kehidupan satwa liar yang ada di hutan TNKS wilayah itu, pihaknya telah memasang beberapa alat atau kamera trap otomatis pada titik-titik yang sering dilalui satwa liar itu.
Dari alat yang dipasang, pihak TNKS akan mengetahui jenis dan banyaknya satwa yang hidup di hutan itu. Khusus Harimau Sumatera, alat tersebut telah merekam sebanyak 150 ekor yang hidup di wilayah hutan TNKS.
Kata ia, jika hutan rusak, selain dapat mengancam perkembangbiakan satwa liar yang ada didalamnya, juga dapat berakibat datangnya konflik antara hewan buas dengan manusia yang tinggal sekitar hutan.
"Binatang buas yang biasanya hidup dan makan di hutan, akan masuk ke kampung-kampung memakan ternak karena lingkungannya telah rusak, " kata ia.(04)