• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

18 Februari 2013

329 kali dibaca

Bayu Butuh Bibit Karet dan Kakao

Painan, Februari 2013.

Kebutuhan akan bibit kakao dan karet di Kecamatan Bayang Utara masih tinggi.  Berdasarakan RPJM Nagari, kawasan yang butuh bibit kako dan bibit karet tersebut adalah Pancung Taba, Limau Gadang Muaro Aie, Koto Ranah dan Puluik Puluik.

Menurut keterangan Azwir, selaku Walinagari Limau Gadang, nagari yang dipimpinnya memiliki potensi perkebunan cukup besar untuk dikembangkan. Terdapat setidaknya sekitar 90 hingga 100 hektar lahan perkebunan yang bisa digarap untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Namun selama ini, masyarakat kami terkendala dengan sulitnya biaya pengolahan lahan dan biaya untuk membeli bibit unggul. Di Pancung Taba, berdasarkan hasil pengkajian potensi nagari dibutuhkan lebih kurang 150 ribu sampai 200 ribu bibit kako dan karet unggul," ujarnya menjelaskan potensi dan kebutuhan bibit.

Kemudian di nagari Muaro Aie, lahan yang bisa di olah untuk perkebunan juga belum tergarap maksimal oleh masyarakat. Bahkan masih banyaklahan kosong yang tidak tersentuh.

Wali nagari Muaro Aie Joenaidi menyebutkan, masyarakat disini juga kesulitan untuk mendapatkan bibit unggul. Selain itu sejumlah persoalan infrastruktur juga melanda daerah tersebut.

"Padahal Muaro Aie memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Apalagi Kampung Dilan yang terisolir. Dilan hingga kini tidak memiliki jalan yang representatif. Segala keperluan pertanian dan pengangkutan produk pertanian memerlukan biaya besar, karena harus diangkut dengan kepala sepanjang empat kilo meter," ujarnya lagi.

Disebutkannya, kebutuhan bibit kakao dan karet sekitar 50 ribu batang. Meski ini, masuk dalam urusan pilihan dalam penyusunan RPJM tahun 2013 ini, ia berharap dinas terkait perlu memperhatikan usulan ini untuk didanai.

Selanjutnya di Koto Ranah kebutuhan akan bibit kakao dan karet juga sangat besar. "Nagari kami butuh bibit sebesar 200 ribu batang. Ini sudah sering kita usulkan melalui Musrenbang, bahkan hingga kabupaten, namun belum ada realisasinya," ujar Asrizal selaku Wali nagari Koto Ranah.

Sementara di Puluik Puluik, kebutuhan bibit sekitar 100 hingga 150 ribu batang. Di Puluik Puluik, selain kawasan wisata ternyata juga memiliki potensi perkebunan yang cukup besar. "Namun belum tergarap maksimal," ujar Syafrial Wali Nagari Puluik Puluik.(09