Pesisir Selatan--Balai Besar (BB) Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), melakukan pemantauan keberadaan harimau sumatera dengan cara memasang kamera trak atau kamera tersembunyi.
Upaya itu bertujuan untuk memastikan apakah hewan yang dilindungi itu masih aman dan terjaga dihabitatnya.
Kepala Seksi TNKS Wilayah III Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sahyudin mengatakan Minggu (29/9) bahwa pihaknya bersama BB TNKS memang terus malakukan pemantauan terhadap hewan yang dilindungi itu melalui kamera tersembunyi, sebab habitatnya terancam punah.
Kamera tersembunyi itu tersebar dibeberapa titik pada kawasan TNKS yang dijadikan sebagai wilayah jelajah harimau, atau pada kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai lokasi berkumpul atau bermain.
"Melalui keberadaan kamera tersembunyi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa keberadaan satwa yang dilindungi tersebut sudah tidak banyak lagi," katanya.
Agar keberadaan satwa yang dilindungi itu bisa terus dipertahankan dan tidak punah, maka dia mengajak semua eleman yang ada di masyarakat untuk sama-sama menunjukan kepedulianya.
"Agar keberadaan satwa ini bisa dipertahankan dan tidak punah, maka diperlukan dukungan masyarakat, tokoh masyarakat, kelompok pecinta alam, LSM dan para pemanfaat hutan legal untuk ikut menjaga dan melestarikannya. Walau secara struktural yang bertanggung jawab langsung adalah TNKS, dan di luar TNKS tanggung jawab BKSDA," harapnya.
Diakuinya bahwa berdasarkan pemantauan yang dilakukan, secara kuantitas populasi 'kucing rimba' tersebut memang telah mengalami penyusutan.
"Penyebab menyusutnya diduga akibat aktivitas perburuan atau sengaja membunuhnya dan tidak sedikit pula terbunuh tanpa disengaja. Termasuk juga akibat semakin terdesaknya wilayah mencari makan," jelasnya.
Ditambahkanya bahwa dari pemantauan lapangan, populasi harimau Sumatera diperkirakan hanya tinggal puluhan pasang saja di Wilayah TNKS.
"Berdasarkan pantauan kamera tersembunyi yang di pasang pada beberapa titik di hutan TNKS, diperkirakan kawanan harimau Sumatera hanya sekitar 70 an pasang saja," terangnya.
Diungkapkanya bahwa pengurangan pupolasi itu diakibatkan oleh beberapa faktor, termasuk juga karena aksi pembabatan hutan dan illegal logging, yang pada akhirnya membuat kawananya menjadi terdesak.
Sebab perbuatan itu membuat kawanan harimau Sumatera tidak punya ruang yang cukup untuk bisa bertahan hidup sebagai mana mestinya. Pembabatan hutan juga mengakibatkan serangkaian tindakan ancaman lainnya bagi harimau sumatera.
"Artinya tidak sekedar membabat, namun ada pula kegiatan tambahan. Misalnya setelah membabat mereka melakukan perburuan. Pembabatan dan perburuan biasanya serangkai. Selain itu, dengan terjadinya pembabatan hutan dengan sendirinya habitat dan lingkungan harimau sumatera juga terdesak. Demikian pula dengan sumber makananya juga terancam habis," tutupnya, (05)