Pesisir Selatan – Bupati Pesisir Selatan (Pessel), Hendrajoni, melakukan kunjungan kerja ke Nagari Taratak Tangah Lumpo, Kecamatan IV Jurai, untuk meninjau langsung kondisi Bendungan Irigasi Lumpo II yang rusak dihantam banjir sejak 2021.
Bendungan sepanjang 250 meter tersebut merupakan sumber irigasi utama bagi lima nagari setempat, yakni Taratak Tangah Lumpo, Lumpo, Balai Sinayan, Sungai Gayo Lumpo, dan Sungai Sariak Lumpo, termasuk sebagian wilayah di Kecamatan Bayang.
Dalam kunjungannya, Bupati Hendrajoni menyampaikan bahwa perbaikan bendungan tersebut membutuhkan anggaran sekitar Rp2,5 miliar. Namun, keterbatasan anggaran daerah membuat pemerintah kabupaten belum mampu merealisasikan perbaikan tersebut.
"Kalau sekarang APBD kita tidak ada, karena kita mengalami efisiensi anggaran. Namun demikian, akan saya upayakan melobi pemerintah provinsi dan pusat. Mudah-mudahan saja bisa kita dapatkan anggarannya, mohon bantu doanya," ujar Hendrajoni kepada warga setempat.
Hendrajoni menyebut bahwa pemerintah daerah tidak akan tinggal diam melihat persoalan yang dihadapi masyarakat. Ia berkomitmen untuk mencari solusi terbaik demi keberlangsungan pertanian warga di Pesisir Selatan.
"Kita paham betul bahwa irigasi adalah kebutuhan pokok petani. Maka dari itu, saya akan terus perjuangkan agar bendungan ini segera diperbaiki. Saya juga sudah menginstruksikan jajaran dinas terkait untuk menyiapkan semua dokumen teknis agar proses pengajuan ke provinsi dan pusat bisa segera diproses," kata Hendrajoni.
Ia juga menambahkan bahwa selain fungsi irigasi, keberadaan bendungan ini penting dalam mitigasi bencana banjir dan melindungi fasilitas umum di sekitar aliran sungai.
"Kalau tidak segera ditangani, air akan terus menggerus tebing sungai dan bisa mengancam pemukiman warga serta fasilitas umum. Kita tidak ingin terjadi bencana yang lebih besar, jadi penanganan harus segera dilakukan," tambahnya.
Sementara itu, Wali Nagari Taratak Tangah Lumpo, Dewel Coli Vetra, menjelaskan bahwa kerusakan bendungan tersebut telah berdampak besar terhadap kehidupan warga.
"Sejak bendungan ini rusak, masyarakat kesulitan turun ke sawah. Sekitar 400 kepala keluarga di masing-masing nagari menggantungkan hidup dari bertani, dan semua sangat bergantung pada saluran irigasi ini," ujar Dewel.
Menurutnya, pemerintah nagari sebelumnya telah mengajukan proposal bantuan ke tingkat provinsi dan balai, namun hingga kini belum mendapatkan respons.
"Kata mereka, kalau ada anggarannya nanti dibantu. Tapi sampai sekarang belum ada realisasi," katanya.
Ia berharap pemerintah kabupaten dapat memperjuangkan pembangunan batu jeti sebagai penahan tebing sungai untuk mencegah dampak lebih luas.
"Kami berharap di sini dibangun batu jeti untuk menahan tebing sungai. Jika kondisi ini dibiarkan, tidak hanya pertanian masyarakat yang terdampak, tetapi juga Puskesmas Lumpo dan pemukiman warga bisa terancam," tuturnya.