Painan, Januari ----
Petani gambir Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) mengeluh karena harga komoditi itu kembali berada pada posisi paling rendah ditingkat pedagang pengumpul yakni Rp13 ribu per kilogram sejak hampir sebulan terakhir.
Asrol (43) petani gambir di Surantih Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan kemarin mengatakan, harga komoditi getah gambir kering ditingkat pedagang pengumpul di kabupaten itu berfluktuasi (beragam) dari Rp11 ribu - Rp13 ribu per kilogram ditingkat petani, harga tergantung kualitas.
"Harga itu dirasakan sangat rendah dibanding biaya yang harus dikeluarkan petani untuk memanen hingga pengolahan. Jika petani masih memanen hingga mengolah pasti mengalami kerugian, kata Asrol.
Menurut Asrol, harga komoditi tersebut sempat naik dari harga sebelumnya Rp14 ribu perkilogram menjadi Rp22 ribu per kilogram, sehingga petani gambir kembali bersemangat mengolah lahannya yang sudah mulai semak karena harga rendah sebelumnya.
Namun harga Rp22 ribu itu tidak bertahan lama, hanya sekitar beberapa bulan saja kembali turun ke harga seperti saat ini Rp13 ribu.
Pada harga komoditi itu jatuh ke posisi paling rendah sebelum Rp22 ribu perkilogram, banyak lahan gambir siap panen hanya ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya sehingga menjadi hutan tidak berguna. Kini kondisi itu kembali terjadi di kabupaten ini, ujar Asrol.
Kata ia, sejak harga kembali pada posisi terendah, kini sebagian besar lahan gambir di daerah ini terpaksa belum dipanen untuk mengurangi resiko kerugian.
Hal sama juga dikatakan Mardi, (38) petani gambir di Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan. Sejak harga gambir anjlok ia terpaksa mengurangi produksi agar tidak mengalami kerugian yang banyak.
Kini petani di daerah itu hanya dapat menjual getah gambir kering dengan kualitas bagus seharga Rp13 ribu per kilogram kepada pedagang pengumpul. Sedangkan kualitas kurang bagus, pedagang hanya membeli dengan harga Rp11 ribu perkilogram. Harga itu sudah berlaku sejak hampir sebulan terakhir.
Mardi mengatakan, beberapa tahun lalu, harga getah gambir ini sempat berada pada posisi Rp28 ribu bahkan sampai Rp30 ribu per kilogram, sehingga masyarakat banyak berusaha pada pertanian gambir tersebut.
Seri, seorang pedagang pengumpul getah gambir mengakui anjloknya harga komoditi ekspor itu. Menurut ia, yang membuat anjlok harga tersebut karena ekspor gambir ke India tidak jalan, namun penyebabnya hingga kini ia tidak tahu. Kami sebagai pedagang masih tetap membeli, kalau tidak, nanti petani tidak mau lagi menjual sama kami jika harga sudah membaik, sebutnya.
Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pesisir Selatan mencatat luas potensi perkebunan gambir di daerah ini mencapai delapan ribu hektar, sementara yang sudah dimanfaatkan hampir tujuh ribu hektar.
Masyarakat yang berusaha pada pertanian gambir itu 3.600 kepala keluarga (kk). Jumlah itu kini jauh menurun dari semula jika dilakukan pendataan. Mereka banyak beralih ke bidang usaha lain, sehingga lahan gambir banyak terlantar atau tidak dilakukan pengolahan.
Jumlah petani gambir terbanyak di Kecamatan Sutera kemudian disusul Koto XI Tarusan. Lahan gambir juga terdapat di kecamatan lain seperti Batangkapas, IV Jurai, Basa Ampek Balai Tapan dan Ranah Pesisir.(04)