• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

05 Februari 2012

718 kali dibaca

MASYARAKAT JALAMU BUTUH PELURUSAN SUNGAI

  Painan, Februari ----

Ratusan masyarakat Nagari (desa adat) IV Koto Hilie, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan, meminta pemerintah melakukan pelurusan (normalisasi) alur sungai yang ada di daerah itu untuk terlepas dari ancaman banjir. Sekitar 40-an rumah di kampung Kapalo Banda Jalamu terancam hanyut jika hujan mendatangkan banjir. Untuk menghindarinya sangat dibutuhkan pelurusan sungai yang terbentang tidak jauh dari perumahan penduduk dan jalan kabupaten yang ada disana,  kata Wali Nagari IV Koto Hilie, Antosias di Batangkapas, kemarin. 

Menurutnya, keberadaan Batang Jalamu, selain mengancam perumahan penduduk dan jalan, juga mengancam jiwa masyarakat setempat. Kekhawatiran tersebut didasari oleh jarak pemukiman penduduk dengan bibir sungai sudah semakin dekat yakni sekitar 2 meter. Satu-satunya cara untuk melepaskan daerah itu dari ancaman banjir agar tidak jatuhnya korban jiwa bagi masyarakat, perlu adanya penanganan serius dari pemerintah untuk melakukan pelurusan alur sungai. "Ada sekitar 600 meter alur sungai Jalamu mendesak untuk dinormalisasi. Saat ini, kondisinya berkelok kelok (tidak lurus) sehingga setiap kali musim hujan, penduduk sekitar alur sungai selalu dihantui bencana banjir, " tutur Antosias.

Jika musim hujan datang, sejumlah rumah dan jalan kabupaten yang berada sekitar alur sungai Jalamu selalu menjadi langganan amukan banjir akibat luapan sungai itu. Tidak saja rumah warga Kampung Kapalo Banda Jalamu, namun ratusan rumah warga lainnya di Nagari Koto Nan Duo Kecamatan Batangkapas tidak luput menjadi sasaran banjir dari luapan sungai tersebut. Pada musim hujan akhir tahun lalu (Desember 2011), banjir dari luapan batang Jalamu merendam sekitar 350 rumah warga di tiga kampung yakni Induring, Anakan dan Kapalo Banda Jalamu. Kedalaman air di rumah warga mencapai setinggi dada orang dewasa. Banjir juga merendam ruas jalan di kecamatan tersebut, seperti jalan Anakan Koto Nan Duo Batangkapas. Akibatnya puluhan kendaraan roda empat dan sepeda motor terpaksa menghentikan perjalanannya keluar dan masuk Nagari Koto Nan Duo sekitar delapan jam.

Antosias mengatakan, banjir yang merendam rumah penduduk di tiga kampung itu tidak pernah terjadi sebelumnya karena kedalaman air mencapai setinggi dada orang dewasa. Tidak saja itu, banjir juga merusak tiga rumah warga di sekitar alur sungai Jalamu, lahan pertanian dan ternak masyarakat. Dikhawatirkan, jika luapan sungai mendatangkan arus yang lebih deras lagi, maka badan jalan di kabupaten itu akan putus, sehingga 40 kepala keluarga warga dusun Kapalo Banda Induring akan terisolasi.(04)Â