Pesisir Selatan --Ayu Zahri (34) warga Simaung Cumateh Kenagarian Duku Kecamatan Koto XI Tarusan tidak menyangka pada usianya yang masih muda harus berjuang sendiri untuk membesarkan 4 orang anak anaknya yang masih kecil semenjak dia bercerai dengan suaminya pada tahun 2016 lalu .
Setiap harinya Ayu harus bekerja serabutan untuk bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi nya . Dia tak perduli apapun pekerjaannya harus dilakoninya yang penting setiap harinya dia harus mendapatkan uang untuk bisa membeli kebutuhan rumah tangganya .
Mengumpulkan buah pinang lalu di belah dan dijemur setelah kering di kupas diambil bijinya lalu dijual kepada pengumpul . Penghasilan yang dia dapat tidak seberapa paling banyak setiap minggunya dia hanya bisa mengumpulkan 10 kilo dan harga satu kilonya Rp 7000.
Selain itu dia juga mencari tanaman paku yang tumbuh liar disekitar rumahnya. Kemudian dijual kepada masyarakat . Atau bekerja di sawah orang yang membutuhkan tenaganya untuk menyabit ,menanam atau panen padi. Itupun tidak setiap hari hanya ketika musim tanam padi saja .
Ayu berpisah dengan suaminya semenjak tahun 2016 lalu ,waktu dia hamil anaknya yang keempat. Karena tidak lagi memiliki suami mau tak mau dia harus memutar otaknya bagaimana bisa mendapatkan penghasilan setiap harinya . Bergantung pada orang tuanya juga tidak mungkin karena orang tuanya juga hidup kekurangan apalagi ayahnya yang sudah tidak bisa berjalan normal disebabkan pernah jatuh .
Kepada Pesisirselatankab.go.id Minggu(29/9) mengungkapkan keempat anak anaknya masih kecil kecil ,2 orang sudah duduk di bangku sekolah dasar (SD)yaitu Sesha Yurika (10) kelas 5 dan Rafka Triaman (8) kelas 2 (SD) dan 2 orang lainnya Syurah Bin Alim (5) dan Muhamad Gibran (1,5 tahun ) dan mereka masih membutuhkan banyak biaya baik untuk uang jajan,pakaian ataupun makanan yang bergizi .
"Terkadang saya hanya bisa menangis ketika tidak ada lagi uang untuk anak anak ketika mereka memintanya ,mau gimana lagi ," ujarnya
Ayu bersama dengan anak anaknya tinggal dirumah milik keluarganya yang kondisinya juga tidak layak huni . Sebagian rumah telah banyak lobang dan reok . Bahkan atap rumahnya juga telah banyak yang bocor sehingga ketika hujan air dengan mudah masuk kedalam rumah sehingga isi rumah tergenang. Tidak ada listrik dan MCK yang layak .
Ketidakadaan listrik ini maka isi rumah hanya peralatan seadanya dan tidak ada elektronik .
"Ketika tidak ada uang untuk kebutuhan sehari hari terpaksa harus berutang ke warung dan baru bisa dibayar ketika udah ada uang. Kalau tidak bisa mengutang maka kami makan seadanya . yang penting ada nasi ," ujar ya
Ayu berharap kehidupannya kedepannya bisa baik . Dan dia berharap mendapatkan pekerjaan yang baik agar bisa mencukupi kebutuhan anak anaknya kedepan. Tapi dirinya tidak tahu apa pekerjaan yang layak baginya yang hanya tamat sekolah dasar ini .
Pj Walinagari Duku Padril Minggu(29/9) mengungkapkan masyarakat Kenagarian Duku sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil tani ladang dan ke sawah . Dan kehidupan masyarakat khususnya di Simaung Cumateh hidup pas pasan . Sebagian besar warganya menggantungkan hidup dari hasil ladang dan sawah .
"Banyak warga di kampung Simaung Cumateh ini hidup dengan menjadi buruh serabutan. Dan mendapatkan penghasilan dengan bekerja diladang atau ke sawah ," ujarnya
Diterangkan kampung Simaung ini berada di perbatasan antara Kenagarian Duku dengan Kenagarian Batu Hampar. Dan daerah ini baru beberapa bulan ini dialiri listrik sebab jarak lokasi ini dengan daerah luar cukup jauh sekitar 3 km . (07)