Oleh: Yoni Syafrizal
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesisir Selatan (Pessel) turun tangan langsung memastikan bantuan pangan yang akan diterima masyarakat benar-benar dalam kondisi baik dan layak dikonsumsi. Bupati Pessel, Hendrajoni, melakukan peninjauan kualitas beras dan minyak goreng di Gudang Bulog Sago pada Rabu pagi (12/11/2025. Dengan demikian, program bantuan pangan bukan hanya soal jumlah, melainkan mutu, yang merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan daerah.
Kegiatan peninjauan dilaksanakan atas undangan resmi dari Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Barat, sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah daerah dan lembaga pemerintah yang bergerak di pangan. Ini menunjukkan bahwa pengawasan distribusi bantuan pangan menjadi prioritas guna memastikan tidak ada bantuan yang masuk ke masyarakat dalam kondisi kurang layak.
Peninjauan tersebut mencakup pemeriksaan fisik beras mulai kondisi butir, kadar air, kemasan, serta kondisi minyak goreng yang akan disalurkan. Pemeriksaan seperti ini menjadi penting karena Pesisir Selatan memiliki potensi besar dalam sektor pertanian pangan, dan kualitas bantuan perlu mencerminkan potensi serta komitmen daerah terhadap mutu.
Pesisir Selatan dikenal sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Sumatera Barat. Pada tahun 2023, produksi padi di kabupaten ini mencapai sekitar 191.409 ton, naik sekitar 18,4 % dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, kontribusi Pessel terhadap produksi nasional pangan mulai tampak nyata.
Selain padi, data tahun 2024 mencatat bahwa lahan baku sawah di Pesisir Selatan mencapai 22.832 hektare, dengan penerapan metode pertanian modern seperti Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang menghasilkan panen antara 6,8 hingga 7,5 ton per hektare. Ini menunjukkan bahwa potensi lahan di wilayah ini cukup signifikan untuk menopang program ketahanan pangan.
Sementara tanaman pangan dan hortikultura juga memiliki ruang berkembang. Sebagai contoh, salah satu produk unggulan adalah manggis yang dibudidayakan pada luas lahan lebih dari 5.000 hektare dengan produksi sekitar 3.482 ton, atau rata-rata 17,7 ton per hektare. Ini memperkuat profil Pessel tidak hanya sebagai penghasil padi tetapi juga sebagai produsen buah tropis unggulan.
Komoditas jeruk di Pesisir Selatan juga memiliki angka produksi yang menarik, dengan rata-rata produksi sekitar 57,3 ton per hektare menurut data 2024. Kombinasi antara tanaman pangan pokok dan hortikultura memperkuat kerangka potensi SDM alam sekaligus diversifikasi pangan di daerah ini.
Ketika bantuan pangan disalurkan kepada masyarakat, melaksanakan pengawasan kualitas menjadi wajar dalam konteks wilayah yang memiliki potensi besar seperti ini. Pemerintah daerah menegaskan bahwa hadirnya di lapangan bukan semata bentuk pengawasan administratif, melainkan bagian dari visi untuk memaksimalkan potensi lokal agar masyarakat memperoleh hasil terbaik.
Program bantuan pangan di Pessel (periode Oktober-November 2025) disiapkan untuk 36.369 penerima dengan total beras sebanyak 732.780 kilogram dan minyak goreng sebanyak 146.556 kilogram. Besarnya angka ini menunjukkan skala distribusi yang cukup besar, sehingga kualitas menjadi urgen.
Ketahanan pangan di Pesisir Selatan memiliki dua dimensi. Salah satunya melalui pengembangan produksi lokal (sawah, hortikultura, buah) dan lainnya melalui mekanisme distribusi bantuan pangan yang tepat mutu. Hal ini menciptakan sinergi antara hasil produksi lokal dan jaminan kualitas bagi masyarakat.
Pengawasan oleh Dinas Perikanan dan Pangan setempat juga menjadi bagian penting. Karena wilayah Pessel selain agraris juga punya dimensi pesisir dan laut, kegiatan pangan tidak hanya terbatas di bidang pertanian darat, tetapi juga potensi perikanan tangkap yang bisa mendukung ketersediaan pangan dan diversifikasi protein untuk masyarakat.
Sinergi antar-lembaga seperti Bulog dan pemerintah daerah memperkuat sistem distribusi bantuan pangan agar tidak terjadi hambatan dan mutunya tetap terjaga. Langkah peninjauan di gudang Bulog menjadi cerminan komitmen bersama menjaga bahwa setiap bantuan yang diterima masyarakat bukan hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga layak secara kualitas.
Makna besar dari kegiatan ini adalah bahwa wilayah yang memiliki potensi seperti Pesisir Selatan tidak boleh hanya menjadi produsen atau wilayah penyalur saja, melainkan juga menjadi contoh tata kelola pangan yang baik: mulai produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi masyarakat.
Masyarakat pun diharapkan bisa turut mengawal proses ini mulai dari penerimaan hingga pemanfaatan. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan distribusi dan kualitas bantuan menjadi bagian dari sistem transparansi dan akuntabilitas yang diinginkan pemerintah daerah.
Dengan potensi lahan yang cukup besar, produksi pangan yang meningkat, dan distribusi bantuan yang dijaga kualitasnya, Kabupaten Pesisir Selatan menegaskan komitmen dalam memperkuat ketahanan pangan. Program bantuan pangan bukanlah sekadar agenda rutin, tetapi proses yang terintegrasi dalam kerangka pembangunan pangan lokal yang berkelanjutan dan berbasis potensi daerah.