• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

11 Juni 2013

380 kali dibaca

Pemkab Salurkan 5000 Benih Ikan

Painan, Juni 2013.   

Pemerintah salurkan 5000 benih ikan nila ke Kelompok Jaring Apung Muara Indah Ampiang Parak. Ikan tersebut merupakan benih pengganti ikan yang mengalami kematian mendadak di Muara Ampaing Parak tiga pekan silam.

Meski telah didatangkan, sejumlah keramba jaring apung yang saat ini dalam keadaan kosong masih menunggu datangnya benih ikan lainnya. Benih ikan tidak didatangnkan sekaligus mengingat panjangnya proses yang harus dilalui ikan sebelum sampai ke keramba jaring apung.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelutan Pessel Edwil Noer menyebutkan, penggantian ikan tersebut terkait dengan bencana matinya puluhan ribu ikan di Muara Ampiang Parak beberapa waktu lalu akibat berubahnya kadar garam di muara tersebut.

Edwil Noer juga menegaskan, penggantian ikan dilakukan secepatnya, dan tahap pertama didatangkan sebanyak 5000 ekor. Ada tahapan yang harus dilewati pemilik keramba sebelum benih ikan tersebut didatangkan. Yang jelas petani ikan membuat berita acara bahwa ikan mereka mengalami kematian. Dan ikan pengganti tetap dengan jenis yang sama yakni ikan nila air payau.

"5000 benih ikan yang diterima kelompok sebelum ikan dimasukkan kekeramba warga, ikan tersebut di payaukan dulu. Benih ikan akan mengalami masa karantina agar bisa menyesuaikan diri dengan air payau. Tujuannya agar ikan tidak mengalami kematian lagi," katanya menjelaskan.

Disebutkannya, Pesisir Selatan fokus untuk mengembangkan ikan budidaya termasuk jenis ikan nila. "Artinya agar masyarakat tidak merugi, pemerintah melalui pihak ke tiga segera mengganti ikan yang telah mengalami kematian mendadak di Muara Ampiang Parak," katanya menjelaskan.

Pantauan pesisir selatan.go.id, sekitar 20 ribu ikan jenis nila milik petani keramba di Muara Ampiang Parak mati mendadak pada hari Sabtu (18/5) hingga Minggu (19/5).

Puluhan ribu ikan seukuran dua jari tersebut tampak mengambang dalam keramba jaring apung milik warga. Kondisi ikan sudah tampak memutih. Dimuara Amping Parak saat ini terdapat sekitar 30 kotak keramba jaring apung, dimana setiap sepuluh kotak berada dalam satu kerangka keramba besar.

Walinagari Amping Parak Bustami menyebutkan, ia telah mendapat laporan dan melaporkan ke Pemerintah Kabupaten terkait matinya puluhan ribu ikan di keramba. "Saat mendapat laporan bahwa telah terjadi kematian pada puluhan ribu ikan di Muara Amping Parak saya langsung meninjau lokasi, lalu setelah
itu memberikan laporan," katanya.

Menurut Bustami, matinya puluhan ribu ikan milik warga diduga bukan akibatkeracunan, akan tetapi akibat gagalnya ikan tersebut beradaptasi dengan lingkungan Muara Amping Parak.

"Kenapa saya katakan bukan keracunan, soalnya jenis ikan lain yang ada di Muara Amping Parak tidak mengalami kematian, kecuali kan jenis nila tersebut," katanya.

Sementara itu Novendra Arianto (38) salah seorang pemilik keramba jaring apung di Amping Parak menyebutkan, ia mengetahui ikannya mati pada Sabtu pagi. Pada saat itu, ikan miliknya tidak satupun yang hidup.

Senada dengan Bustami, Novendra Arianto juga menduga kematian ikannya bukan keracunan. "Beberapa hari terakhir air pasang terbilang besar, sehingga dengan meningkatnya air pasang jiga menyebabkan meningkatnya kadar garam di Muara Amping Parak. Akibat perubahan kadar garam air muara, ikan ikan yang dipelihara masyarakat menggunakan keramba tidak bisa menyesuaikan diri," katanya.

Disebutkan Novendra, ikan nila yang dipelihara masyarakat adalah jenis ikan yang hidup di air payau, namun akibat kadar garam beberapa hari terakhir di Muara Amping Parak meningkat, maka ikan gagal beradaptasi dengan kondisi air yang baru tersebut. (09)