• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

17 Februari 2013

279 kali dibaca

Petani Olah Lahan Tidur

Painan, Februari 2013. Kelompok Tani Buah Jerami, Kampung Tebing Tinggi, Nagari Kambang Barat, Kabupaten Pesisir Selatan berhasil mengolah lahan tidur menjadi lahan produktif. Bahkan, berkat kegigihan petani yang tergabung di kelompok itu, puluhan hektar lahan disekitarnya kini mulai diolah.

Ketua Kelompok Tani Buah Jerami Bahruddin Minggu (17/2) menyebutkan, kegiatan mengolah lahan tidur atau lahan terlantar dikawasan itu telah berlangsung semenjak empat tahun terakhir. Sebelum diolah, lahan pertanian itu telah ditumbuhi berbagai pohon dan tanaman liar lainnya.

"Kawasan ini telah tidur selama 15 tahun lebih. Disaat warga mulai mendapatkan jatah beras miskin dari, maka saat itu lahan ini tidak lagi diolah. Jadi saya bersama beberap teman tema berinisiatif untuk menggerakkan para petani mengolah lahan tidur tersebut," kata Bahruddin.

Dikatakannya, setelah diolahnya semenjak empat tahun lalu, maka semenjak itu lahan pertanian dikawasan itu mulai produktif. "kami menanam berbagai tanaman pangan dan hortikultura. Terakhir kami mengusahakan tanaman semangka dengan pola tumpang sari, dimana di pematang sawah sengaja kami tanam ubi kayu," katanya.

Namun menurutnya, setelah lahan dikawasan itu berhasil berproduksi, maka ada kendala lain yang dihadapi petani yakni tidak adanya jalan usaha tani. Kelompok Tani Buah Jerami sangat mendambakan Jalan Usaha Tani di kawasan itu

Disebutkannya, kawasan ini berada dilambung padi Lengayang. Namun banyak lahan tidak terurus akibat besarnya biaya angkut dan pengolahan lahan. Kawasan itu tidak memberikan nilai maksimal bagi penggarap dan pemiliknya. Sawah sebagian besar ditumbuhi mendong dan tampak kusam.

"Banyak lahan tidur disini salah satunya disebabkan tidak adanya sarana transportasi, minimal Jalan Usaha Tani. Segala sesuatu yang mau di angkut kelokasi memerlukan biaya tinggi. Sebaliknya saat panen juga begitu," katanya menjelaskan

Menurut Baharuddin petani yang hingga kini bertahan di sawah lokasi seperti itu menyebutkan, kelompok itu telah mengajukan permohonan kepemerintah melalui UPTD Dipertahornakkbun untuk pembangunan jalan usaha tani melalui pematang panjang tersebut.

20 orang anggota di Kelompok Buah Jerami, belum bisa mengenyam kesejahteraan dari hasil padinya atau tanaman lainnya. Biaya atau ongkos semenjak pengolahan lahan, penanaman hingga panen kerap "pulang podo" ketimbang beruntung. "Bertanam padi bila tumbuh dan berbuah bagus tidak obahnya ibarat menabung dicelengan, soalnya hasil panen jarang berlebih," kata Baharuddin.

Disebutkannya, hasil produksi padi sekali musim tanam 3 ton setiap hektarnya. Bila dikonversikan menjadi uang hanya impas dengan biaya. "Para petani yang menggarap lahan disini untuk membiayai hidup kadang harus berkerja ditempat lain, misalnya menjadi buruh tani, buruh bangunan dan ada juga nelayan," katanya lagi menjelaskan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan, Afrizon Nazar menyebutkan, terkait dengan kawasan pertanian dinas yang dipimpinnya tetap fokus pada pembenahan sarana dan prasarana. "Misalnya pembangunan jalan usaha tani, namun karena keterbatasan anggaran memang belum seluruhnya jalan bisa dibangun," katanya.

Terkait Kelompok Tani Buah Jerami Tebing Tinggi Kambang Kecamatan Lengayang, ia telah mendapat laporan langsung dari petani mengenai keluhannya. "Kami baru baru ini menyarankan ke kelompok tersebut untuk mengusulkan kembali pembangunan jalan usaha tani ke kabupaten, mudah mudahan bisa masuk pada APBD perubahan pada pertengangan tahun ini," katanya lagi.

Sementara itu secara umum Afrizon Nazar mengatakan, pertanian Pesisir Selatan sebenarnya sudah mulai bagus, itu ditandai dengan surplus pangan yang dicapainya berturut turut empat tahun belakangan. Target produksi padi Pessel tiap tahun 230 ribu ton. Meski demikian menurutnya, tentu masih saja ada persoalan persoalan dilapangan misalnya harga pupuk yang sering naik, bahkan terjadi kelangkaan.(09)(09)