Pesisir Selatan -- Petugas Gizi (PG) Puskesmas Tanjung Makmur, Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) melakukan kunjungan lapangan balita stunting, dan validasi hasil penimbanhan masal.
Kegiatan itu dilakukan di Nagari Sambungo, kecamatan Silaut, dengan sasaran anak atau bayi di bawah lima tahun (balita) agar nagari itu juga terbebas nantinya dari kasus stunting.
Hal itu diungkapkan Kepala UPT Puskesmas, Tanjung Makmur, Kecamatan Silaut, Yulia Nilawati, SKM, Jumat (8/9).
Dijelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan petugas saat melakukan kunjungan lapangan itu adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan.
"Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunted (short stature) atau tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi balita dalam jangka waktu lama," katanya.
Dijelaskan juga bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, di mana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak.
"Periode usia 0-24 bulan, merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi masa ini bersifat permanen, tidak dapat dikoreksi," jelasnya.
Berdasarkan hal itu maka diperlukan pemenuhan gizi, mengingat dampak yang ditimbulkan masalah gizi ini dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
"Sedangkan untuk jangka panjang dapat menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, dan menurunnya kekebalan tubuh. Periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan simpul kritis sebagai awal terjadinya stunting yang selanjutnya akan memberikan dampak jangka panjang hingga akan berulang dalam siklus kehidupan," terangnya.
Stunting pada anak menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan motorik dan terhambatnya pertumbuhan mental anak.
Pertumbuhan tidak optimal dalam masa janin dan atau selama periode 1000 HPK memiliki dampak jangka panjang. Bila faktor eksternal (setelah lahir) tidak mendukung, pertumbuhan stunting dapat menjadi permanen sebagai remaja pendek.
"Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ukuran lebih kecil atau stunting ketika lahir, secara biologis memiliki ukuran tinggi yang berbeda dari mereka yang lahir dengan ukuran lebih besar," tutupnya.