Pesisir Selatan --Kekuatiran pengaruh paham ateis perlu diwaspadai oleh semua orang tua ditengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, sebagai mana saat ini.
Untuk membentenginya, maka pendidikan karakter dan penguatan akidah perlu ditanamkan secara dini. Sebab jika penanaman nilai-nilai ketuhanan ini lemah, maka kekuatiran bisa terjebak dan terseret dengan paham ateis itu bisa terjadi.
Sekrataris daerah kabupaten (Setdakab) Pesisir Selatan (Pessel), Erizon mengatakan kepada penulis pesisirselatan.go.id Kamis (8/8) di Painan bahwa banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memberikan pemahaman kepada sang anak.
"Cara itu tentu dengan tetap berpedoman kepada Al quran dan sunah rasul, yang merupakan tuntunan keselamatan bagi umat Islam. Kekuatiran itu juga bisa diperangi melalui pendidikan karakter dalam lingkungan keluarga dan dilanjutkan dengan pendalaman ilmu keagamaan sampai tingkat pendidikan dasar," katanya.
Dia menjelaskan bahwa pendidikan karakter dan pendalaman akidah dapat dilakukan secara formal dan non formal.
Secara formal dapat dilakukan melalui pendidikan agama Islam di sekolah, sedangkan secara non formal melalui kegiatan ekstrakokurikuler di luar jam sekolah.
"Ini dapat dilakukan pada lingkungan tempat tinggal melalui pendidikan TPA/ TPSA, maupun melalui program yang disusun oleh sekolah itu sendiri dalam bentuk ektrakokurikuler," ujarnya.
Dikatakan demikian, sebab sasaran yang harus dicapai itu, bukan saja sekedar bisa menulis dan membaca Al quran. Tapi bagai mana generasi muda itu memahami apa yang terkandung dalam setiap bait yang ada dalam Al quran. Jika itu tercapai, maka kekuatan akidah sang anak tidak akan bisa tergoyahkan oleh pengaruh negatif yang datangnya dari luar," ingatnya.
Dikatakanya bahwa pengaruh paham ateis memiliki potensi bisa berkembang, bahkan tidak tertutup kemungkinan bisa merebak hingga ke Pessel.
Sebab paham itu bisa muncul dengan sendirinya bagi diri sang anak bila mereka tidak memiliki dasar agama yang kokoh. Pengaruh ini bisa masuk bukan saja melalui perkumpulan atau kelompok-kelompok yang terbentuk secara tersembunyi, tapi juga bisa melalui sarana informasi teknologi (IT).
"Sekarang kecanggihan media informasi melalui internet, sudah masuk hingga kepelosok kampung tanpa bisa disaring lagi. Sehingga media ini bisa mereka manfaatkan untuk membentuk jaringan dan saling bertukar pikiran. Jika dasar agama telah kuat, maka mereka tidak akan terpengaruh," tutupnya. (05)