Pesisir Selatan--Sebagai salah daerah yang juga tercatat sebagai penghasil gabah terbesar di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), pemerintah daerah kabupaten (Pemdakab) Pesisir Selatan (Pessel), melakukan imbauan kepada masyarakatnya agar jangan menjual gabah sampai habis setelah panen.
Imbauan itu disampaikan sekretaris daerah (Sekda) Pessel, Erizon kepada penulis pesisirselatan.go.id Rabu (18/9), terkait upaya daerah itu dalam melakukan antisipasi kekurangan stok pangan di Pessel.
Dia menjelaskan bahwa produksi pertanian yang melimpah, belum bisa dijadikan jaminan bagi masyarakat ketersediaan panganya benar-benar terjamin, apa bila pola dan kebiasaan untuk menjual habis hasil panen belum bisa dihilangkan.
"Berdasarkan hal itu saya menghimbau kepada semua masyarakat petani untuk mulai meninggalkan kebiasaan tidak menjual habis hasil panen ini. Sebab sebagian besar petani di daerah ini, memang masih ada yang memiliki kebiasaan seperti itu," katanya.
Sebagai salah satu daerah penghasil gabah terbesar di Sumbar, maka sangat tidak wajar jika ditemui ada petani yang kehabisan stok pangan keluarga, akibat dari menjual habis hasil panen ketika musim panen tiba.
"Saya berharap kedepanya tidak ada lagi masyarakat, terutama petani yang kekurangan stok pangan terutama beras ketika menghadapi musim kemarau panjang," ingatnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahorbun) Pessel, Nusirwan ketika dihubungi menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya memotivasi masyarakat petani agar bisa terus meningkatkan produktivitas lahan dengan panen mencapai 7 ton per hektar.
"Namun saat ini produksi rata-rata padi per hektar masih sebesar 5,08 ton per hektar. Ke depan kita akan berupaya untuk bisa mencapai 7 ton per hektar. Terutama pada lahan-lahan yang memiliki jaringan irigasi yang airnya terjamin agar Pessel tetap menjadi daerah oenghasil gabah terbesar di Sumbar," katanya.
Dijelaskanya juga bahwa produktivitas lahan pertanian di daerah itu cukup bagus, karena rata-rata musim tanam masih tercapai dua kali dalam satu tahun.
"Untuk mengantisipasi hama dan serangan musuh tanaman, Distanhorbun melalui petugas di lapangan memandu petani untuk menyelenggarakan tanam serentak. Sebab pola tanam serentak ini sangat banyak manfaatnya. Selain untuk mengurangi serangan hewan gulma dan hewan pengerat, juga dapat meringankan biaya produksi," tutupnya. (05)