• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Sekda Pessel Minta Pos Retribusi Depan Masjid Terapung Jangan Diplesetkan Tendensius

14 Mei 2022

274 kali dibaca

Sekda Pessel Minta Pos Retribusi Depan Masjid Terapung Jangan Diplesetkan Tendensius

Pesisir Selatan - Pos retribusi masuk kawasan wisata Pantai Carocok Painan, Kabupaten Pesisir Selatan yang terpusat di depan Masjid Terapung Samudra Ilahi jangan diplesetkan secara tendensius. 

Cepat perkembangan informasi yang tersebar di dunia maya saat ini juga jangan ditelan mentah-mentah. Untuk memahaminya juga memerlukan literasi yang baik agar informasi yang disebarkan tidak menjadi salah pemahaman atau bahkan menjadi fitnah.

Viralnya Masjid Terapung di media sosial terkait pembayaran retribusi sebesar Rp5 ribu per orang juga menuai ragam komentar dari para netizen. Mereka menganggap seolah masuk masjid harus berbayar. 

Menanggapi itu, Sekretaris Daerah Pesisir Selatan menjelaskan bahwa di dalam dunia maya, netizen selalu benar. 

Siapa saja, tentang apa saja dan dalam waktu sekejap saja dapat memberitakan pendapatnya. Informasi yang diberitakan dari sudut pandang tertentu, bisa saja benar. 

Untuk itu dalam zaman yang serba cepat ini, kata dia memerlukan literasi untuk melihat suatu isu yang diinformasikan.

"Asbabul nuzul pembangunan masjid Samudera Illahi dalam kawasan wisata Carocok Painan adalah untuk mewujudkan wisata religi dan halal serta sekalian untuk menambah daya tarik destinasi wisata," jelasnya, Sabtu (14/5). 

Dikatakan, karena posisi masjid ini tepat berada dalam kawasan wisata Carocok Painan, dan penataan (pagar) kawasan yang belum sempurna, maka hal tersebut bisa saja diarahkan menurut cara pandang dan tujuan tertentu pula. Apalagi dikaitkan dengan orang mau masuk masjid untuk beribadah dipungut bayaran.

"Logika yang sama, bila pengelola rumah makan, di dalam areal rumah makannya itu ada masjid yang menjadi daya pikat orang untuk makan enak dan sekaligus untuk beribadah, maka berita tersebut bisa juga bermakna yg sama" ujarnya.

Mawardi mengatakan Fenomena berbayar (retribusi) secara resmi ini, di negara kita menjadi suatu yang perlu dicermati. Informasi dari netizen menggambarkan frame pemikirannya.

Kalau dikaji secara seksama, penarikan retribusi tersebut tidaklah menjadi persoalan yang berarti, ketimbang upaya pengelola dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada pengunjung. 

Di lain pihak, kalau dibawa ke pemikiran ketauhidan, retribusi sebesar Rp5 ribu adalah tabungan akhirat, ketika konsepsi dari "masjid ke masjid". 

Masjid yang bersih, nyaman dan aman serta sajian alami ciptaan Allah SWT yang maha kuasa, akan membuat ketaqwaan meningkat.

Di lain sisi, untuk memuaskan kebutuhan duniawi lainnya, berapapun harga tidaklah menjadi hambatan.

Menurut Sekda, perlu kerja bersama memberikan pencerdasan kepada semua pihak, dengan melihat suatu persoalan secara utuh. 

Dia memberikan contoh. Misalnya di Taman Mini, ancol dan objek wisata lainnya yg di dalamnya ada masjid juga bayar. Tapi konteknya masuk kawasan, jangan di plesetkan yang tendensius.

"Naik haji dan umroh dalam dunia kepariwisataan adalah berwisata religi. Puluhan juta biayanya, tidaklah menjadi persoalan, guna menunaikan rukun islam untuk mencari kebesaran dan keagungan Allah. Implementasi wisata halal, salah satunya dalam kawasan wisata ada sarana ibadah. Maka dibangunlah sedemikian rupa kontruksi masjid sebagai daya tarik destinasi wisata." tuturnya.

Kemudian, dari segi ketauhidan, retribusi masuk (atau apapun namanya) kawasan wisata yang di dalamnya ada tempat ibadah masjid, kalau itu dikembalikan kepada konsepsi sedekah, maka membuat kita lapang dan berpahala.

"Sedangkan kita bayar jasa naik angkutan saja kalau diniatkan ikhlas karena Allah berpahala, apalagi masuk ke kawasan wisata halal yg di dalamnya ada masjid.
Sebaliknya, kok masuk diskotik yg menghibur birahi dunia walaupun mahal tidak diviralkan," ujarnya.

Lebih lanjut diterangkan bahwa hasbabul nuzul pembangunan masjid adalah untuk mewujudkan wisata religius dan halal sekaligus sebagai daya tarik wisata. 

Masjid Terapung Samudra Ilahi itu berada dalam kawasan wisata pantai Carocok Painan. Karena penataan fisik kawasan masih belum permanen (pagar sekeliling, loket masuk dan lain), maka untuk mengurangi kebocoran retribusi masuk kawasan karena banyaknya akses masuk, maka penjualan tiket masuk sebelum lokasi masjid 
 
Hal itu karena titik tersebut yang mudah untuk disekat, untuk mengarahkan wisatawan masuk kawasan pada satu pintu. 

Pada tahun 2023 mendatang, direncanakan pintu masuk kawasan wisata dekat TPI, jauh di luar dari lokasi masjid, dengan telah dipagarnya sekeliling kawasan. 

Namun fakta di lapangan, sebut Sekda yang ribut di medsos bukan untuk salat, pemantauan selama lebaran banyak orang masuk masjid hanya untuk berselfi dan makan/minum dengan meninggalkan sampah. 

"Bahkan salat zuhur dan azhar tidak sampai 1 syaf, dan yang banyak masuk pagi hari (08-10 dan sore hari). Di luar kawasan, depan kadai Dena sudah dibangun musala sejak lama dengan fasilitas wuduk," tuturnya.