Pesisir Selatan--Selain ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), untuk menjadikan siswa agar memiliki pondasi keagamaan yang kuat, maka harus juga diiringi dengan pengetahuan iman dan takwa (Imtak).
Upaya itu musti dilakukan agar kita mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam melakukan peranya terhadap pembangunan bangsa. Sebab sains atau Iptek tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa sains adalah buta.
Beranjak dari kekuatiran itu, sehingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Teknologi Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), menambahkan Imtak menjadi kurikulum muatan lokal.
Demikian disampaikan Rahman Darmawan, SPdi, MA, guru Agama Islam SMK Teknologi Lengayang kepada penulis pesisirselatan.go.id Senin (16/9).
Dikatakanya bahwa sekolah kejuruan yang memiliki siswa 450 orang itu, menjadi pendidikan keagamaan sebagai muatan kurikulum lokal favorit.
"Melalui kurikulum lokal bidang keagamaan ini, sehingga semua siswa dibekali dengan ilmu keagamaan secara berimbang. Sebab sains atau Iptek tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa sains adalah buta. Dan ini saya kutip dari pernyataan Einstein. Karena kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, musti memiliki keseimbangan dengan praktik keagamaan," ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa penerapan ilmu keagamaan bagi di sekolah itu, ternyata bukan saja membuat para siswa malu untuk tidak melaksanakan kewajibanya sebagai umat muslim, tapi juga menambah rasa tanggung jawab dan kedisiplinan siswa.
"Itu memang harapan yang ingin dicapai, walau pada akhirnya diantara para tamatan dari sekolah ini ada yang mampu menjadi penceramah atau uztad di lingkungan tempat tinggalnya. Bagi saya ini menjadi sebuah kepuasan. Makanya setiap bulan ramadhan, para siswa di sekoolah ini juga melakukan safari ramadah ke beberapa masjid," jelasnya.
Disampaikanya bahwa dalam melakukan kegiatan safari ramadhan ke masjid-masjid, siswa atau tim yang diturunkan tidak dibolehkan menerima imbalan dari ceramah yang disampaikan.
"Sebab sekolah telah mengalokasikan anggaranya untuk kegiatan safari ramadhan itu. Baik bagi tim yang turun, maupun dalam bentuk bantuan yang disalurkan berupa Alquran. Pada ramadhan 1440 hijriah lalu, kita melalukan safarai ramadhan di tujuh masjid," ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskanya bahwa kemampuan siswa SMK Teknologi Lengayang dalam melakukan ceramah agama memang tidak diragukanya lagi. Hal itu telah dibuktikan melalui beberapa laomba yang diikuti.
"Pada lomba Kotbah Jumat yang digelar pada tanggal 17 Agustus 2018 lalu, siswa sekolah ini atas nama Teddy Nurfi Alda berhasil mendapatkan juara untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Ini merupakan prestasi yang membanggakan. Saya merasa bangga, sebab upaya dan kerja keras yang dilakukan dalam melakukan pembinaan dan bimibingan kepada siswa, membuahkan prestasi. Padahal sekolah ini merupakan sekolah teknologi," ujarnya.
Ditambahkan lagi bahwa dengan dijadikanya pendidikan keagamaan sebagai kurikulum muatan lokal, menjadi tantangan tersendiri pula bagi siswa untuk harus mengikutinya secara serius.
"Sebab selain harus mampu membaca Alquran secara benar, para siswa juga ditantang bisa menghafal ayat-ayat pendek, berpidato, dan juga melaksanakan shalat jenazah. Sedangkan bagi yang memiliki kemampuan menonjol dalam berpidato. Ditantang pula untuk mampu berkhotbah," katanya.
Kepala SMK Teknologi Lengayang, Yusma Joyo ketika dihubungi mengatakan bahwa generai penerus bangsa harus memiliki pondasi yang kuat agar tidak mudah terpengaruh oleh budaya yang dapat merusak moral.
"Penguasaan sains dan ilmu perlu dilakukan secara berimbang. Karena bila tidak seimbang, pembangunan yang komprehensif, holistik, dan berkelanjutan akan jauh dari harapan. Beranjak dari harapan itulah, sehingga pendidikan agaman di sekolah ini dimasukan kedalam kurikulum muatan lokal," timpalnya. (05)