Pesisir Selatan--Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan terus menunjukkan komitmennya dalam membangun nagari berbasis lingkungan dan teknologi. Hal ini diwujudkan melalui peluncuran berbagai sarana dalam Program Nagari Pandai, yang secara resmi diresmikan oleh Wakil Bupati Pesisir Selatan Risnaldi Ibrahim, di kawasan konservasi penyu dan mangrove Nagari Amping Parak, Kecamatan Sutera, Senin (6/10/2025).
Program ini dirancang sebagai bentuk integrasi antara pelestarian lingkungan, edukasi masyarakat, dan penguatan mitigasi bencana berbasis potensi lokal. Dalam peluncuran tersebut, Wabup Risnaldi meresmikan tiga fasilitas utama: Pentas Budaya, Ruang Literasi, dan Early Warning System (EWS) bantuan dari BNPB.
Kegiatan turut dirangkai dengan penanaman mangrove secara simbolis yang merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Telkom Wilayah Sumbar-Jambi.
Penguatan Ekologi dan Literasi Masyarakat
Dalam sambutannya, Wabup Risnaldi menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi, mulai dari unsur pemerintah daerah, lembaga swasta, hingga komunitas lokal. Ia menekankan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak bisa berdiri sendiri tanpa kolaborasi.
"Pemerintah hanya fasilitator. Kunci keberhasilan pembangunan ada pada semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor," ujar Risnaldi.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, yang berhalangan hadir pada kegiatan tersebut.
Wabup turut menyinggung tantangan konektivitas digital di wilayah Pessel. Ia menyebut masih terdapat 47 kampung yang masuk kategori blank spot, dan berharap hal ini menjadi perhatian serius pihak Telkom.
"Konektivitas digital adalah kebutuhan dasar. Ini sangat penting untuk percepatan pembangunan dan peningkatan kualitas edukasi masyarakat," tegasnya.
Konservasi yang Menyentuh Kehidupan Masyarakat
General Manager Telkom Sumbar-Jambi, Mohamad Ikhsan, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menanam 17.000 batang mangrove di kawasan tersebut, dan akan menambah sekitar 1.700 batang lagi. Selain sebagai bentuk kepedulian lingkungan, upaya ini juga mendukung peningkatan literasi digital dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati, Rika Anggraini, menyatakan bahwa pendekatan konservasi di Amping Parak bisa menjadi model nasional karena melibatkan komunitas dan berbagai pemangku kepentingan.
"Kolaborasi ini bukan sekadar menanam pohon, tapi juga menanam kesadaran untuk menjaga lingkungan," tegas Rika.
Ketua Pokwasmas LPPL Amping Parak, Haridman, melaporkan bahwa hingga kini sudah 72.000 batang mangrove ditanam di kawasan tersebut. Selain berperan sebagai benteng alami terhadap tsunami, mangrove juga menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat pesisir.
"Satu hektare hutan mangrove bisa menghasilkan hingga satu ton kepiting per tahun. Kini kami telah mengelola lahan seluas 15 hektare," ungkap Haridman.
Dukungan Lintas Sektor
Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah pejabat daerah, antara lain Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Firdaus, Kalaksa BPBD Yuskardi, Sekretaris PUTR Subchandri, Kadis Kominfo Wendi, Camat Sutera, Camat Lengayang, serta Pinca Bank Nagari Painan Ira Angraeni.
Selain itu, acara juga dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat dan adat setempat yang menyambut baik hadirnya sarana literasi, budaya, dan sistem peringatan dini di kawasan mereka.
Pentas Budaya dan Ruang Literasi diharapkan menjadi pusat edukasi dan pelestarian nilai-nilai lokal. Sedangkan kehadiran Early Warning System (EWS) dari BNPB diyakini dapat meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana alam.