Painan, Februari 2013.
Warga Kampuang Bayang Janieh, Nagari Koto Ranah Kecamatan Bayang Utara senantiasa menyimpan anjalai, sakai dan padi ladang sebagai bahan makanan cadangan. Ketiga jenis sumber bahan makan yang tergolong padi padian tersebut mengandung karbohidrat tinggi, kandungannya bisa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Warga disini akan memanfaatkannya bila masa paceklik tiba.
Hingga kini tidak terlalu banyak pula masyarakat yang mengenal dan tahu persis tentang tanaman dengan buah berupa biji bijian tersebut kecuali para botanis, para peneliti padipadian. Penyebabnya mungkin karena banyaknya tersedia jenis bahan makanan atau makanan siap saji lainnya dipasaran.
Di Bayang Janiah warga bahkan masih membudidayakan padi ladang, anjalai, dan sakai. Tradisi membudidayakan tanaman tersebut telah berlangsung turun temurun sejak nenek moyang mereka. Bibit didapatkan turun temurun karena tidak ada dijual di kios kios pertanian. Cara budidayapun turun temurun, tidak tersentuh tekhnologi. Penyimpanan hasil panen sekenanya saja. Sebuah potensi yang seharusnya dikembangkan.
Saharuddin (60) Kepala Kampung Bayang Janieh menyebutkan, keterisoliran menyebakan masyarakat kreatif menyediakan bahan makanan. Artinya jika terjadi paceklik atau panen padi gagal, warga masih bisa mengkonsumsi bahan makan lain. "Jadi bahan makanan ini dulunya dipertahankan warga hingga kini untuk berjaga jaga agar tidak terjadi kelaparan, atau untuk memperkaya jenis bahan makan di Bayang Janieh musim panen tiba," ujar Saharuddin.
Disebutkannya tanaman sakai biasanya ditanam seiring dengan tanaman padi. Tanaman ini untuk penyela. Bentuk batang dan daun nyaris mirip dengan tanaman padi. Hanya saja masa panen agak lama dari padi, biasanya bisa mencapai empat hingga lima bulan.
Biji sakai yang akan dipanen adalah yang telah masah warna kekuningan. Ratusan biji melekat pada tangkai buah yang panjang. Bijinya mirip biji bayam, namun agak besar dari biji bayam tersebut."Dan setelah dipanen perlu dijamin lebih dulu agar tahan dalam penyimpanan," ujar Saharuddin sambil memperlihatkan biji sakai yang baru siap dipanen.
Biji sakai biasanya dimasak menjadi bubur, atau ditanak dengan cara mencampurnya bersama beras. Bubur sakai termasuk makanan yang sangat di gemari disekitar Bayang Janieh. Jika panen berlimpah, warga Bayang Janieh juga menjual ke pasar.
Selanjautnya anjalai. Tumbuh di lereng lereng perbukitan. Biasanya ditanama sebagai tanaman tambahan diladang ladang warga. Tumbuhan ini juga mirip dengan padi, namun punya batang menyerupai pipa kecil yang agak kokoh. Bisa dipanen setelah empat bulan. "Anjalai banyak jenisnya, namun yang untuk konsumsi bukan anjalai berbiji keras. Akan tetapi anjalai yang ketika masak, isi bijinya mirip dengan isi padi," ujar Saharuddin lagi.
Anjalai, juga ditanak oleh warga. Rasanya agak berbeda dengan beras namun punya bau dan rasa khas. Elok pula jika nasi anjalai ini dimakan dengan ikan garing yang banyak terdapat di Bayang Janieh, atau dengan sambal apa saja.
Terakhir padi ladang. Sama dengan padi sawah, hanya saja tumbuhnya didataran atau di lokasi lokasi yang kering. Padi ladang biasanya memang sengaja ditanam warga dalam jumlah banyak. Ia tidak tananman pelengkap. Kebiasaan warga, bila menanam padi ladang maka diselingi oleh tanaman anjalai.
Padi ladang jika telah ditumbuh atau digiling maka berasnya tampak berwarna agak ke merahan merahan. Sepintas ia terlihat seperti beras ketan. Setelah dimasak bau nasinya harum dan memancing selera untuk makan. Rasanyapun enak, palagi dimakan dalam keadaan suam suam kuku dengan sambalnya cukup sambalado tomat dan bakar ikan garing. Jika dapat lalapannya juga disediakan. Ketiga jenis bahan makanan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan, sepanjang kegunaan dan tata budidaya tersosialisasi denagn baik.(09)