• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
 Dinas Pertanian dan Peternakan Antisifasi Serangan Ulat Grayak Tanaman Jagung

26 Januari 2022

915 kali dibaca

Dinas Pertanian dan Peternakan Antisifasi Serangan Ulat Grayak Tanaman Jagung

Pesisir Selatan -- Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Selatan melalui Balai Penyuluh Pertanian (BPP) terus berupaya memberikan jaminan kepada petani terhadap keberlangsungan usahanya di daerah itu.

Salah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah melalui pengendalian hama atau penyakit tanaman yang dikembangkan oleh masyarakat petani pada semua kecamatan yang ada.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Selatan, Madrianto pada Rabu, (26/1), di Painan.

Dikatakan, pihaknya saat ini melakukan upaya antisifasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Jagung dari serangan ulat grayak.

"Sebab hama tanaman jenis ulat grayak ini, sering dikeluhkan petani di Pesisir Selatan, seperti terjadi pada Kelompok Tani (Keltan) Pasie Laweh, Nagari Kapujan, Kecamatan Bayang," katanya.

Menurutnya, Ulat Grayat memiliki karakteristik biologis yang unik. Bila tidak dilakukan pengendalian, maka tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama ini bisa lebib berat.

Tindakan terhadap serangan hama ini juga bisa dilakukan secara mekanis. Yakni dengan cara mencari dan membunuh larva dan telur hama ini dengan cara dihancurkan dengan tangan.

Sedangkan secara biologis bisa dengan musuh alami yang berperan sebagai agen pengendali hayati.  

"Beberapa contoh musuh alami dari hama ini adalah parasitoid trichogramma spp, dan jenis predator cecopet, kumbang kepik, dan semut. Informasi dasar pengendalian hama ini perlu disampaikan kepada petani, agar upaya secara efektif dan efisien, serta aman terhadap lingkungan ini bisa mereka lakukan," jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, larva atau ulat adalah fase  paling merusak tanaman dengan cara menggerek daun. Tindakan antisifasi yang bisa dilakukan pada tanaman jagung yang mengalami kerusakan berat adalah dengan cara menumpulkan larva. 

 "Apabila populasi larva 0.2–0.8 per tanaman, bisa mengakibatkan pengurangan hasil produksi mencapai 5 hingga 20 persen," terangnya.

Lebih lanjut dijelaskan, tanaman jagung yang diserang hama ini ditandai dengan adanya bekas gesekan dari larva atau ulat.

Pada permukaan atas daun atau di sekitar pucuk tanaman jagung ditemukan serbuk kasar seperti serbuk gergaji. Ulat grayak ini merusak bagian pucuk, dan daun muda, sehingga membuat tanaman jagung dipastikan akan mati.

Ketika populasi ulat grayak ini sangat tinggi, maka bagian tongkol jagung juga akan diserang.

Pencegahan dan pengendalian ulat grayak bisa dilakukan melalui penggunaan benih dan varietas yang memiliki daya kecambah yang baik dan bebas dari penyakit.

Untuk antisifasi dengan cara mengatur waktu penanaman yang tepat waktu dan hindari waktu penanaman yang tidak seragam pada satu lahan.  

"Selanjutnya juga bisa melalui sistem tumpang sari tanaman jagung dengan tanaman lain yang tidak disukai hama ini," tutupnya.