Painan,Juli-- Mengimplementasi nilai filosofi Minang “Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah (ABS-SBK)”, belum sepenuhnya mampu merubah perilaku dalam kehidupan masyaraka,maka perlu adanya pendekatan baik secara teoritis maupun secara empiris.
Hal ini dapat terlihat pada implementasi ABS-SBK dalam kurun waktu pelaksanaan sudah semakin dipinggirkan dan ditinggalkan dan kebanyakan dari generasi muda tidak memahaminya
“Padahal ABS-SBK adalah karakteristik filosofi dan jati diri utama masyarakat Minangkabau yang seyogyanya mampu meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai budaya yang bersumber pada “Syara”. Ketua LKAAM Provinsi Sumbar Sayuti Dt Rajo Panghulu ,MPd pelatihan adat minang kabau dari Senin ,Selasa (23-24/7) di Painan.
Implementasinya terlihat pembangunan keagamaan terkonsentrasi pada lahan keagamaan yang sempit sehingga ranah “kaffah” belum terjangkau secara maksimal, seperti pada ranah ekonomi dan budaya.Mestinya adanya upaya kearah tersebut, agar tidak semakin terpuruknya moralitas masyarakat, terutama generasi muda, kembali galakan budaya kesurau, galang ninik mamak untuk bisa mengendalikan kemenakannya kearah yang lebih baik.
Ditambahkannya selama ini dia menilai Reaktualisasi kepemimipinan Adat Bersandi Syarak,Syara basandi Kitabullah (ABS-SBK) Syara ' Mangato Adat Mamakai Alam Takambang Jadi Guru sudah mulai dipinggirkan.
"Permasalahan sekarang ini yang menjadi persoalan,dimana sejauh apakah masyarakat
minangkabau memahami dan mengimplementasikan ajaran ABS-SBK ditengah tengah kehidupan rumah tangga, dalam kampung, kaum/suku dan nagari," ujarnya
Menurutnya,permasalahan inlah yang harus dijawab,banyak pertanyaan yang harus
dijawab diantaranya bagaimana STOK kepemimpinan menurut ABS-SBK, apakah
tugas pokok dan fungsi pemimpin, bagaimana berbusana dan bagaimana prosedur tetap
(Protap) duduk yang demokratif menurut ABS,SBK.
"Empat permasalahan inilah yang ingin kita sigi dalam rangka memantapkan kepemimpinan ninik mamak pemangku adat dimasa yang akan datang," akhirnya. (07)(07)