• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

18 April 2013

439 kali dibaca

Aktifitas Petani dan Nelayan Mulai Tersendat Akibat Solar Langka

Painan, April ----

Langkanya Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar semenjak beberapa pekan terakhir telah berdampak pada sejumlah aktifitas ekonomi masyarakat. Kamis (17/4) aktifitas sektor pertanian dan kelautan mengalami dampak paling besar akibat langkanya BBM.

Di beberapa kecamatan usaha penggilingan padi tidak lancar akibat pengusaha gilingan padi kesulitan mendapatkan BBM. Pemilik penggilingan padi bahkan harus menunggu berhari haru untuk mendapatkan BBM jenis solar.

Kecil (52) pemilik gilingan padi di Kambang Barat menyebutkan, langkanya BBM jenis solar mengakibatkan hullernya tidak bisa beroperasi dengan baik. "Saya biasanya menghabiskan sekitar 40 liter BBM setiap minggu untuk dapat menggerakkan mesin penggilingan padi. Beberapa pekan terakhir, saya sulit mendapatkan BBM di SPBU. Bahkan saya pernah menolak menggiling padi petani akibat BBM tidak ada," katanya.

Dia menyebutkan, biasanya ia mendapatkan BBM dari SPBU terdekat. Belakangan SPBU yang ada selalu kehabisan BBM jenis solar. Kalaupun ada soalr, biasanya antian panjang selalu terjadi di SPBU. "Hingga kini belum ada alternatif lain untuk mendapatkan BBM.

Dampak dari kelangkaan BBM jenis solar juga dirasakan Madi (38) warga Kambang Timur petani pengolah lahan menggunakan hand traktor. "Saat ini hampir diseluruh Lengayang selesai melakukan panen pertama di musim tanam pertama tahun ini. Dan sebentar lagi petani akan mengolah sawahnya dengan mesin pengolah lahan. Oleh karena itu, jika kelangkaan BBM terus berlanjut, maka petani terancam gagal mengolah sawah," katanya.

Disebutkannya, hingga kini petani di Lengayang sangat tergantung pada jasa pengolah lahan yang menggunakan alat pengolah lahan yang digerakkan dengan mesin menggunakan BBM jenis solar.

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Buah Jerami di Tebing Tinggi Kambang Baharuddin (64) menyebutkan, kelangkaan solar telah mengakibatkan melonjaknya biaya produksi pertanian. "Mulai dari biaya pengolahan lahan hingga biaya panen. Kami setelah panen biasanya tidak menjual padi, akan tetapi padi digiling untuk menjadi beras sesuai kebutuhan. Bila penggilingan padi tidak berjalan akibat solar tidak ada maka kami harus menunggu beberapa waktu, dan kami khawatir bila kelangkaan terus berlanjut biaya penggilingan juga meningkat," katanya.

Selanjutnya, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan dan Perkebunan Pessel Afrizon Nazar menyebutkan, ia sudah mendapatkan laporan terkait dampak kenaikan BBM dari petani. "Kenaikan soalar telah menimbulkan dampak yang besar bagi petani. Persoalan timbul secara berantai, mulai dari soal pengolahan lahan hingga pengolahan pasca panen. Namun, bila kelangkaan BBM terus berlanjut kami mengimbau para petani untuk memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitar, misalnya bajak kerbau atau sapi meskipun itu belum effektif," katanya.

Di PPI Kambang dampak kelangkaan solar juga terlihat. Sejumlah kapal tonda tampak menyandar di dermaga atau pada kawasan Muara Batang Kambang. Disana tidak terlihat aktifitas nelayan untuk turun melaut dengan kapal tonda.

Yola (30) pemilik kapal tonda menyebutkan, ia mengaku kesulitan mendapatkan BBM. Sementara di PPI tempat pengisian bahan bakar belum beroperasi. "Kami baru dapat berangkat melaut bila telah mendapatkan BBM," kataya.

Di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pesisir Selatan antrian kendaraan selalu terjadi setiap hari. Antirian itu terjadi akibat terbatasnya BBM jenis solar di SPBU. "Kelangkaan juga terjadi akibat tidak terdistribusinya BBM secara benar. BBM disini selalu diserbu warga pemilik jeriken untuk selanjutnya dijual, sehingga BBM yang bisa dibeli sangat terbatas," kata Yudi (36) sopir truk yang sedang antre di SPBU Sago. (09