Painan, Juni 2014 ----
Meski sudah tergerus zaman, Nagari Ampiang Parak tetap mempertahankan tradasi balantam mengahadapi bulan puasa. Tradisi itu dilakukan sehari sebelu pelaksanaan puasa yang diumuman pemerintah.
Yendri (40), Kepala Urusan Pembangunan Nagari Ampiang Parak Minggu (29/6) menyebutkan tradisi balantam adalah tradisi menyembelih hewan sapi atau ternak besar kemudian dimanfaatkan sebijak mungkin untuk warga atau anak kemenakan yang kehidupan ekonominya kurang baik.
Menurut Yendri, balantam dilaksanakan pada intinya untuk memenuhi kebutuhan akan proein bagi sanak saudara yang ekonomi kurang baik pada saat memasuki bulan puasa.
"Dulu menurutnya, tradisi balantam dilaksanakan oleh tiap tiap suku dan dikoordinir oleh nagari. Setiap suku akan membagikan daging hewan yang dipotong sesuai dengan aturan yang berlaku ketika itu," katanya menjelaskan.
Tapi tentu menurutnya, kini tradisi seperti itu tidak akan bisa pula terlaksana sebagaimana yang telah terjadi dulunya. Memang menurutnya, terjadi sedikit prgeseran cara pelaksanaan.
"Yang dilakukan di Ampang Parak memasuki puaa tahun ini adalah, pemerintah nagari menyelenggarakan penyembelihan hewan di Pasar Nagari, kemudian hewan yang telah dipotong itu dimasak bersama oleh ibu ibu dan dimanfaatkan untuk kegiatan balimau paga. Namun pada intinya tidak mengurangi esensi balantam," katanya.
Sementara itu di Kambang, kegiatan balantam ini sudah lama hilang dan ditelan zaman. Warga disana bahkan sebagian tidak ingat lagi soal tradisi balantam tersebut.
Ari (75) warga Tebing Tinggi Kambang menyebutkan, balantam di nagari itu pernah hidup dibawah tahun 1990-an. Setelah itu tidak ada lagi. Penyebabnya menurut Ari, saat ini warga sudah mudah untuk mendapatkan kebutuhan daging di pasar pasar. "Jadi tidak relevan lagi bila balantam itu diadakan," katanya. (09)