Pesisir Selatan – Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melaksanakan aksi bersih-bersih dalam rangka memperingati World Cleanup Day (WCD) 2025 dengan tema Menuju Indonesia Bersih 2029, Rabu (29/9/2025). Kegiatan ini mengambil rute dari Pantai Carocok hingga Pantai Salido.
Kegiatan bersih-bersih ini diikuti oleh Wakil Bupati Pesisir Selatan Risnaldi Ibrahim, jajaran pejabat eselon, kepala perangkat daerah, ASN dan non ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam kesempatan itu, Risnaldi menegaskan, persoalan sampah merupakan tantangan global yang juga dihadapi oleh Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah di daerah ini pada tahun 2025 mencapai 58.449,57 ton per tahun atau 160,13 ton per hari.
Dari jumlah tersebut, pengelolaan sampah baru mencapai 38,12 persen. Kondisi ini menunjukkan masih perlunya kerja keras bersama dalam mengatasi persoalan sampah di Pesisir Selatan.
Sebagai daerah dengan garis pantai yang panjang, Pesisir Selatan juga sangat rentan terhadap pencemaran laut. Sampah yang dibuang sembarangan di darat pada akhirnya akan bermuara ke sungai, terbawa arus ke laut, dan mencemari pantai.
“Apabila tidak ditangani secara serius, hal ini dapat merusak ekosistem, menurunkan daya tarik wisata, bahkan membahayakan kehidupan nelayan kita,” jelas Risnaldi.
Ia menambahkan, kegiatan World Cleanup Day bukan hanya sekadar gerakan gotong royong membersihkan lingkungan, melainkan juga sebuah gerakan moral dan budaya.
Dengan mengutip pepatah Minangkabau “Alam takambang jadi guru”, Risnaldi mengingatkan bahwa alam adalah sumber ilmu, sumber kehidupan, dan sumber penghidupan.
“Jika kita merusak alam, sesungguhnya kita sedang merusak masa depan kita sendiri,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Pemkab Pesisir Selatan terus berupaya memperkuat program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Program tersebut di antaranya melalui pendirian bank sampah, pengembangan unit pengelolaan sampah terpadu, serta gerakan Sekolah Adiwiyata agar generasi muda tumbuh dengan kebiasaan mencintai lingkungan sejak dini.
Namun demikian, Risnaldi menegaskan bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Partisipasi masyarakat, tokoh masyarakat, dunia pendidikan, komunitas, hingga sektor swasta sangat dibutuhkan untuk menjadikan kepedulian lingkungan sebagai budaya bersama di Pesisir Selatan.
Lebih lanjut, Risnaldi juga menekankan tiga hal penting kepada masyarakat. Pertama, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan langkah sederhana seperti membawa botol minum sendiri, menggunakan tas kain, dan menghindari sedotan plastik.
Kedua, membiasakan memilah sampah sejak dari rumah, sehingga mempermudah proses daur ulang dan mengurangi beban TPA. Ketiga, menjadikan aksi bersih-bersih sebagai budaya sehari-hari, tidak hanya di Pantai Carocok dan Pantai Salido, tetapi juga di sekolah, pasar, sungai, jalan, hingga lingkungan perumahan.
“Marilah kita jadikan kegiatan World Cleanup Day Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2025 sebagai tonggak penting lahirnya gerakan masyarakat Pesisir Selatan yang semakin peduli, semakin cinta, dan semakin bertanggung jawab terhadap lingkungan,” tutupnya.