Bazda Bedah Rumah Warga Tanjuang Durian
Painan, April 2013
Rini (42) janda beranak tiga yang tinggal di Kampuang Tanjuang Durian, Nagari Lakitang Tengah, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan dapat bantuan bedah rumah dari BAZDA Pessel. Rini tinggal disebuah rumah berukuran 4 kali 6 meter dengan kondisi sangat mengkhawatirkan.
Rini pantas mendapat bantuan bedah rumah dari BAZDA Pessel sebab, bila diurai semua kriteria kemiskinan, maka keluarga inilah yang memenuhi keluarga sangat miskin. Mulai dari soal makan, pakaian, rumah sekolah maupun jaminan unutk memperoleh layanan kesehatan. Kemiskinan Rini sudah sangat kronis, namun dengan tertatih tratih ia tetap bertahan untuk mengarungi hidup.
Rumahnya itu terbuat dari papan dengan kualitas yang sangat buruk. Sementara atapnya terbuat dari rumbia dengan kondisi sudah banyak yang rusak dan bolong. Untuk masuk kedalam rumah yang memiliki satu kamar itu, Rini dan anak anaknya tidak melewati pintu, akan tetapi meewati jendela. Soalnya engsel pintu rumah tersebut telah rusak.
"Pintu rumah kami tidak bisa dibuka, pernah dipaksakan membukanya, pintu tidak bisa lagi ditutup. Kini pintu rumah tersebut terpaksa kami paku supaya tidak runtuh. Sebenernya saya malu dikunjungi orang dengan kondisi rumah seperti ini, mana ada tamu naik dari jendela, tapi apa boleh buat kondisinya memang seperti ini," katanya menjelaskan menjelaskan penderitaannya.
Dirumah itu Rini tinggal berasama tiga orang anaknya yaitu Reksi (15), Razalan (7) dan Tari (3). Bila hujan turun Rini dan anak anaknya terpaksa bertahan dirumahnya meski rumahnya itu tiris. "kadang kami terpaksa berlindung dengan memasang terpal dalam rumah, minimal anak anak tidak terganggu tidurnya di malam hari," kata Rini lagi menjelaskan.
Rini mengaku, selama ini ia belum bisa merehab rumahnya itu. Ia terkendala dengan biaya. "Saya sehari hari bekerja sebagai buruh penyadap karet. Sebagai penyadap karet pendapatan sangat tergantung pada kondisi cuaca. Bila cuaca lagi baik, maka kami bisa membeli beras untuk makan anak anak, jika tidak maka saya sering meminjam beras kepada tetangga," katnya mejelaskan.
Disebutkan Rini, anak pertamanya kini sedang menuntut ilmu di SLTP, sementara yang lainnya masih belum bersekolah. Untuk berbagai keperluan rumah tangga termasuk biaya sekolah anaknya, maka Rini terkadang juga bekerja sebagai buruh tani di sawah orang.
"Bila menyadap karet, saya dapat upah sebesar Rp15 ribu, sementar bila kesawah pemilik sawah akan membayar saya Rp35 satu hari kerja. Jadi pendapatan saya tidak menentu. Bila bernasib baik, maka saya juga dipercaya untuk mengelola sawah tetrangga dengan sistem bagi hasil," katanya.
"Jadi sangat mustahil bagi saya untuk dapat memperbaiki rumah, memberikan pendidikan lebih baik dan memperoleh layanan kesehatan dengan baik. Bahkan terkait dengan layanan kesehatan, bila hal buruk terjadi terhadap saya dan anak anak terpaksa urut dada saja. Kini alhamdulillah saya dapat bantuan rehab rumah dari BAZDA," katanya.
Terkait dengan pembangunan rumah itu, Wakil Bupati Editiawarman menjelaskan, sesuai dengan aturan di Badan Amil Zakat Daerah, setiap rumah yang akan dibedah atau dibantu pembangunannya BAZDA hanya menyediakan uang tunai sebesar Rp15 juta.
"Dan penyalurannya dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama sebesar Rp5 juta. Dari uang itu melalui pemerintah nagari melakukan fasilitasi penyelenggaraan pembangunan dan pelaporan," katanya.
Setelah laporan pertama itu selesai, maka yang bersangkutan melalui pemerintah nagari dapat melanjutkan pengajuan dana tahap ke II sebesar Rp5 juta. "Setelah itu BAZDA akan mencairkan tahap dana tahap II, dan proses penyelenggaraan dan penggunaan dana tetap sama dengan tahap satu," katanya.
Ketika dana tahap II telah terealisasi maka dilanjutkan dengan pengajuan dana tahap ke III dengan melampirakan laporan penggunaan dana tahap II, lalu BAZDA akan mencairkan dana tahap III Rp5 juta hingga pekerjaan selesai dan laporan penggunaan dana disampaikan ke BAZDA.
Dia berpesan, yang bersangkutan agar dapat menggunakan uang tersebut sebaik mungkin untuk pembangunan rumahnya. "Wali Nagari diharapkan mengontrol dan memonitor penggunaan uang dimaksud, supaya penggunaan uang tepat sasaran," katanya.
Sementara Itu Kabid Pendayagunaan BAZDA Pessel Kamaruddin menyebutkan, BAZDA rata rata setiap bulan membantu sekitar 15 rumah tidak layak huni untuk dibedah. "Syaratnya, pemerintah nagari atau yang bersangkutan mengajukan profosal permohonan bedah rumah dan BAZDA akan lakukan verifikasi terhadap permohonan itu," katanya.(09)