Painan, April 2013. Grup Cimpago Mudo, , Tarok Gadang, Lakitan Utara, Kecamatan Lengayang aktif mengembangkan kesenian randai. Proses pelestarian randai dikelompok itu tetap berlangsung secara alami ditengah nasib randai yang terancam hilang di Pesisir Selatan (Pessel).
Umar (55) guru Randai sekaligus Tuo dari Group Randai Cimpago Mudo, Tarok Gadang, Lakitan Utara, Kecamatan Lengayang mengatakan, jika tidak disikapi kesenian randai terancam punah.
Menurut pengalaman pribadinya, gejala bakal punahnya randai sudah mulai tampak. Diakuinya, selain tetap melatih di Cimpago Mudo, maka ditahun 2009 ia mendidik sekitar 32 group randai di Lengayang.
"Pada tahun tersebut, group randai tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Graoup randai hampir ada disetiap kampung di Lengayang, bahkan ia harus cermat membagi waktu untuk melatih," kata Umar menjawab Haluan.
Berkembangnya grup randai di Lengayang pada saat itu disebabkan bakal adanya binaan dari PNPM-Pariwisata. Namun menurutnya, perlahan aktifitas pelatihan berjalan tidak teratur, karena dana pelatihan yang di tunggu tunggu tak kunjung datang.
"Dan akhirnya banyak group randai di Lengayang mati, kecuali Group Cimpago Mudo yang di Ketuai Ipal. Hanya itu group randai dibawah binaannya yang bertahan di Lengayang hingga kini. Ini sebuah gejala bahwa randai sudah menkhawatirkan," kata Umar.
Grup Cimpago Mudo telah berdiri semenjak awal tahun 90 an dan bertahan hingga kini. Menurutnya, biaya latihan grup yang pernah menjadi juara pertama festival randai se Pessel tersebut dengan dana swadaya belaka.
"Grup kami ini punya setidaknya tiga cerita, namun yang paling sering kami mainkan adalah cerita rambun pamenan, pemainnya terdiri dari anak muda yang didik dan dilatih secara teratur," kata Umar lagi.
Bagi pemain randai yang sudah menikah atau merantau, menurut Umar, kader atau pemain baru direkrut lagi, mereka juga terdiri dari anak anak muda yang sedang bersekolah paling tidak setingkat SLTP. Mereka dilatih terus menerus.
"Kami pernah diundang tampil di Festival Langkisu atau juga untuk keperluan perhelatan nikah. Sekitar 30 orang anak randai bisanya di boyong bila ada panggilan untuk tampil. Kami juga tidak menetapkan tarif untuk sekali tampil, tapi setidaknya bisa untuk menutup biaya operasional," kata Umar lagi.
Bila tidak ada tawaran untuk tampil menurut Umar, biasanya kami tetap fokus latihan, namun tentu latihan tidak maksimal karena sering terkendala dengan biaya. Namun menurutnya pada setiap sesi latihan biasanya masyarakat akan banyak datang menyaksikan, bahkan setelah menyaksikan ada yang menyatakan ingin bergabung.(09)(09)