• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

30 September 2015

495 kali dibaca

Laut Pessel Potensi Pengembangan KJA

Painan,September 2015.   

Perairan laut dangkal Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat berpotensi untuk pengembangan budidaya ikan kerapu dengan teknologi keramba jaring apung (KJA). Laut dangkal di kabupaten itu terdapat di tiga kecamatan yakni Koto XI Tarusan sekitar 230 hektare, IV Jurai sekitar 60 hektare sisanya terdapat di Batangkapas.

Dari luas itu hingga kini hanya sekitar 10 persen yang baru dikembangkan untuk budidaya ikan kerapu dengan menggunakan teknologi keramba jaring apung oleh masyarakat setempat selebihnya masih kosong dari usaha tersebut.

Usaha budidaya ikan kerapu di kabupaten itu sudah mulai sejak tahun 2009 di Kecamatan Koto XI Tarusan yang berlokasi di Kawasan Objek Wisata Mandeh. Pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat yang bekerjasama dengan sebuah perusahaan swasta.

Jenis ikan kerapu yang di dibudidayakan untuk pertama kalinya di kawasan tersebut yakni ikan kerapu bebek dan macan. Dari beberapa musim budidaya kerapu yang dilakukan investor bersama kelompok nelayan di kawasan tersebut hasilnya cukup memuaskan, bahkan menjanjikan untuk menghdiupkan perekonomian masyarakat yang mengelolanya.

Dan di Kecamatan Koto XI Tarusan salah satu kelompok yang mengembangkan KJA adalah kelompok Cinta Bahari , kelompok ini menembangkan KJA pada tahun 2012  dimana kelompok ini mendapatkan bantuan untuk mbuat KJAdan pengembangan ikan jenis karapu bebek.

Salah seorang anggota Kelompok Era Syamra  mengungkapkan awal pendirian dan pembuatan KJA adalah bantuan dari pemerintah pusat. Dan bantuan yang diberikan adalah pembuatan keramba,bibit dan pakan ternak. Dalam menjalankan usaha keramba jaring apung nelayan nelayan bisa meraup keuntungan puluhan juta.Diman harga jual dari hasil panen yang dibeli oleh kapal Hongkong mencapai Rp 400 ribu per kgnya.

"Usaha keramba apung yang ada mampu meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan yang ada di kawasan ini ," ujarnya

Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pesisir Selatan Yozky Wandri, di Painan,  mengatakan selain luas, laut dangkal yang dimiliki kabupaten itu juga masih jauh dari berbagai pencemaran lingkungan.Potensi perairan laut dangkal yang tersedia di kabupaten itu sekitar 500 hektare. Semuanya berpotensi untuk pengembangan budidaya ikan kerapu karena kondisinya masih bebas dari polusi,

Maka itu pada tahun 2011, pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengembangkan usaha tersebut dengan memberikan bantuan keramba jaring apung dan bibit ikan kerapu serta pakan bagi kelompok nelayan di kawasan tersebut.

Melihat majunya usaha keramba jaring apung oleh masyarakat di kecamatan tersebut sehingga berkembang ke kecamatan lainnya yang memiliki areal laut dangkal yakni IV Jurai dan Batangkapas.Pada dua kecamatan tersebut pengembangan budidaya kerapu diusahakan atas kerjasama investor asing dari Australia dengan kelompok nelayan setempat. Dalam kerjasama tersebut investor hanya memberikan bantuan keramba jaring apung dan pasar untuk penampung hasil setelah panen.

"Kita berharap, pengembangan budidaya perikanan laut dengan keramba jaring apung kerapu ini dapat mengangkat perekonomian masyarakat nelayan. Ke depan kita akan menjadikan potensi ini sebagai program peningkatan sumberdaya kelautan, pengganti sumber perekonomian masyarakat dari perikanan tangkap," katanya.

Dari data yang ada total KJA 744 Lubang diantaranya KJA HDPE 487 lubang, dan KJA 257 lubang. semua itu diantaranya milik masyarakat dan investor. Sedangkan pengadaan KJA HDPE  pada tahun 2010 17 lubang, 2011 sebanyak 146 lubang, 2012, sebanyak 110 lubang ,2013 220 lubang.  Dan hasil produksi masyarakat tahun 2009 sebanyak 4.500 kg,tahun 2010 710 kg, tahun 2011 sebanyak 12.570 kg dan 2012 sebahnyak 9.800 kg.   (07)