Pesisir Selatan--Masjid Raya Painan Timur sebagai salah satu masjid tertua di Kenagarian Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), ternyata memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan beberapa masjid lainnya di daerah itu.
Dikatakan unik, karena masjid yang berdiri pada tahun 1930 itu berawal dari kesepakatan para ninik mamak semua suku atau kaum yang ada di Kenagarian Painan.
Kesepakatan itu muncul sebab sebelum masjid itu berdiri, masyarakat Kenagarian Painan melaksanakan ibadah shalat tidak terpusat pada satu titik, tapi pada banyak surau sesuai dengan jumlah suku atau kaum yang ada di kenagarian itu.
Berkat keinginan yang kuat serta juga niat yang ikhlas, akhirnya para ninik mamak di Kenagarian Painan menyepakati untuk mendirikan sebuah masjid di Kenagarian itu.
Hal itu diceritakan oleh ketua Masjid Raya Painan Timur, Don Chandra, Rabu (13/4).
Dikatakannya bahwa masjid yang diberi nama dengan Masjid Raya Painan itu, sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Ninik Mamak. Nama itu memang dilatari oleh sejarah mulai berdirinya masjid itu.
"Berdasarkan kesepakatan ninik mamak, masjid itu didirikan di Kampung Painan Timur. Posisinya juga cukup strategis karena berada di pinggir sungai. Sebab memang sudah menjadi sebuah kebiasaan dulunya pada nagari atau kampung yang memiliki aliran sungai, bangunan masjid atau surau dilakukan dekat dengan pinggir sungai. Tujuannya agar masyarakat yang akan melakukan ibadah bisa mandi dan berwudhu sebelum masuk masjid," katanya.
Dijelaskannya bahwa akibat perkembangan jumlah penduduk, serta juga kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman, sehingga aliran sungai Batang Painan yang sebelumnya berada persis di seberang jalan depan masjid, dipindahkan melalui program normalisasi sungai.
"Melalui pemindahan aliran sungai itu, sehingga sekarang tidak lagi ditemui aliran sungai di depan seberang jalan masjid itu. Sebab aliran sungai itu telah dipindah sekitar 200 meter arah selatan melalui normalisasi guna mengantisipasi langganan banjir bila musim hujan tiba pada tahun 1998 lalu," ujarnya.
Diakuinya bahwa sebagai masjid tertua di Kenagarian Painan yang saat ini juga merupakan ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan, membuat masjid itu banyak disinggahi oleh kaum muslim untuk beribadah.
"Karena berada di pusat pemerintahan kabupaten, sehingga masjid ini tidak saja diramaikan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah, tapi juga oleh warga lainnya yang datang ke Painan," ujarnya.
Dai mengaku sangat bersyukur karena masjid itu tetap dijadikan pilihan oleh masyarakat untuk beribadah, disamping juga sebagai pusat menimba ilmu agama bagi anak-anak yang tinggal di sekitar masjid melalui TPQ dan TPSQ Masjid Raya Painan.
"Walau masjid ini tua, namun imam masjid ini berasal dari kalangan milenial yang hafidz 30 juz. Imam masjid yang berasal dari kalangan milenial ini ternyata mampu mendorong dan memotivasi kalangan anak-anak dan remaja lainnya di Kenagarian Painan Timur untuk juga bisa menjadi hafidz quran," katanya.
Selama ramadhan nanti, banyak kegiatan keagamaan yang dipusatkan di Masjid Raya Painan ini, sehingga membuat masjid yang masih dalam masa renovasi itu menjadi semakin semarak.
Imam Masjid Raya Painan, Zainul Fikri Al-Hafidz, ketika dihubungi mengatakan bahwa selain melakukan tugas rutin sebagai imam masjid, dia juga mengabdikan dirinya kepada masyarakat lingkungan di kenagarian itu mengajar tahsin (membetulkan bacaan Al Quran).
Mengajar tahsin itu dia lakukan terhadap kalangan remaja setingkat SMA dan SMK setiap hari setelah waktu Dzuhur hingga Ashar, bertempat di ruang belajar bagian belakang Masjid Raya Painan.
"Itu saya lakukan dengan penuh keikhlasan dengan harapan di kenagarian ini akan muncul para hafidz dan hafidzah di masa datang," ungkap remaja 24 tahun itu.
Dijelaskan juga bahwa selain masyarakat lingkungan, dia juga diminta sebagai tenaga pengajar tahfidz di SD Negeri 10 Painan Timur.
"Karena SD Negeri 10 Painan Timur menjadikan tahfidz qur'an sebagai salah satu program ekstrakurikuler unggulan. Sehingga kepala sekolah meminta saya sebagai guru tahfidz di sekolah itu," jelas anak ke 4 dari 5 orang bersaudara itu.
Semua itu dikatakan Fikri bisa dia jalani dengan baik, karena besarnya dukungan dari masyarakat Kenagarian Painan Timur.
"Saya berharap melalui upaya ini, generasi penerus Kenagarian Painan Timur benar-benar menjadi generasi yang hafal quran dan maknanya. Selagi ada kesempatan, jangan disia-siakan," ungkap putra pasangan Sumarno 64, dan Sugiarti 57, warga Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker), Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan (Sumsel) itu.
Dikisahkannya bahwa dia mulai tertarik mendalami bacaan Al Quran bukanlah dari sejak kecil, tapi setelah berada di bangku kelas 2 SMA Negeri Paiker, Kabupaten Empat Lawang, Sumsel.
"Karena ingin lebih mendalami lagi, serta juga bercita-cita menjadi hafidz quran, sehingga saya melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Ma'had Ad-Dirasat Al-Qur'aniyah Bajur, Asuhan KH Abdul Aziz Baidhowi, Lc, selama 1 tahun. Pondok Tahfidz ini beralamat di Kecamatan Waru, Pamekasan Madura, dan saya diwisuda tahun 2016," jelasnya.
Selanjutnya dia melanjutkan pendidikan ke Magelang di Pondok Pesantren Payaman 2, Jurusan Diniyat.
"Di pondok pesantren ini saya hanya menimba ilmu selama 2 tahun dan tidak sampai di wisuda. Sebab saat memasuki dua tahun di pondok, ayah saya mengalami sakit keras dan membutuhkan biaya yang besar. Tidak ada pilihan bagi saya ketika itu selain berhenti dan pulang kampung, walau saat itu saya sudah hafidz 30 juz," ujarnya.
Dengan berbekal ilmu yang dituntut selama tiga tahun mondok pada dua pesantren itu, sehingga dia ditawarkan mengajar tahfidz selama 2 bulan di Padang oleh Ustadz Maulana Abd Rahman, anak dari H Titan.
"Mengajar tahfidz selama 2 bulan itu adalah sebelum pindah ke Masjid Raya Painan pada tahun 2019 lalu. Karena masyarakat Painan Timur sangat fanatik dengan agama dan juga baik dan ramah, sehingga saya merasa betah menjadi imam masjid di sini. Sekarang saya juga punya niat untuk kembali melanjutkan pendidik yang telah terputus itu di sini. Tentunya pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Semoga niat saya ini dikabulkan Allah," ucapnya.
Ditambahkannya bahwa memasuki bulan suci Ramadhan tahun ini, Masjid Raya Painan juga akan mengadakan lomba MTQ tingkat Kenagarian Painan yang meliputi tiga nagari. Diantaranya Nagari Painan Timur, Painan Utara, dan Nagari Painan Selatan.
"Kegiatan ini digagas oleh Badan Kerjasama (BKS) TPQ Kenagarian Painan dengan harapan nuansa Ramadhan akan semakin terasa semarak, sebab selain shalat tarawih dan ceramah agama, di masjid ini juga digelar Tadarus Ba'da Subuh sampai Dhuha, dan Ba'da Maghrib sampai Isya," tutupnya.