Painan, Agustus 2015
Masyarakat Pesisir Selatan, terutama yang bermukim di pinggir pantai mulai menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan hutan mangrove.
Di kabupaten ini, setidaknya ada lebih kurang 400 hektare hutan mangrove yang berhasil diselamatkan sejak beberapa tahun terakhir. Boleh dikatakan, sejauh ini tindakan penebangan hutan mangrove tidak ditemukan lagi.
Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pessel, Yoski Wandri kemarin, pada kawasan yang selama ini dianggap menjadi titik rawan penebangan mangrove malah hasilnya berbalik.
Warga selain mau menjaga bahkan ada yang menanam mangrove baik secara swadaya maupun melalui program pemerintah.
Diungkapkan, kawasan hutan mangrove di Pesisir Selatan memiliki luas sekitar 400 hektare tersebar dibeberapa kecamatan yaitu Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, Lunang dan Silaut.
Dengan melihat sebaran hutan pengaman pantai tersebut, memang akan sulit melakukan pengawasan terkecuali dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat untuk menjaga dan melestarikannya.
"Dulu kawasan yang dianggap rawan penebangan hutan mangrove berada di sekitar Kawasan Mandeh, Batang Kapas dan Inderapura, tapi berkat adanya informasi dan pemahaman yang diberikan kepada masyarakat terkait arti penting menjaga hutan mangrove dari aksi penebangan bisa dihentikan,†ucapnya.
Sementara Darpius, salah seorang pegiat pelestari kawasan pantai dan mangrove mengatakan, di daerahnya yakni Kawasan Mandeh, hutan mangrove telah menjadi sahabat bagi masyarakat.
"Dapat disaksikan di kawasan ini, pohon manggrove tumbuh dengan subur. Warga menyadari bahwa mangrove sangat bermanfaat bagi keselamatan ekosistem pantai," ujarnya.
Ia menambahkan, hutan mangrove merupakan benteng alami untuk mengurangi dampak abrasi pantai dan gelombang tsunami. "Berdasarkan literatur dan petunjuk yang disampaikan pejabat berwenang, mangrove dapat memecah ombak tsunami sekiranya bencana itu datang,†ulasnya.(03)