Painan, September ----
Sekitar 850 jiwa warga Kampung Sungai Bungin, Kenagarian (Desa Adat) Koto Nan Duo IV Koto Hilie, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan membutuhkan perhatian pemerintah untuk membangun jembatan ke kampung itu yang putus akibat banjir November 2011. Wali Nagari (Kepala Desa Adat) Koto Nan Duo, Hendrizal Kamis mengatakan, jembatan dengan panjangnya sekitar 6 meter di jalan kabupaten yang menghubungkan daerah itu dengan lainnya ambruk terbawa air bah pada banjir.
Jembatan tersebut hanya satu satunya untuk menghubungkan akses transporasti menuju dan keluar daerah yang dihuni warga sekitar 200 kepala keluarga (KK). Sebelum ambruk, jembatan itu bisa dilewati sepeda motor, bahkan mobil sebagai alat angkutan umum masuk dan ke luar daerah ini, tetapi kini hanya bisa dilewati kendaraan roda dua sebagai alat angkutan dari berbagai hasil bumi dan lautnya untuk dipasarkan ke luar daerah, kata ia.
Kini untuk menghubungkan akses transportasi dari pengganti jembatan ambruk tersebut, dengan swadaya masyarakat setempat dibangun jembatan darurat dengan memanfaatkan kayu pohon kelapa. Meski demikian hanya bisa menghubungkan akses transportasi masyarakat pejalan kaki dan kendaraan roda dua.
Menurut ia, daerah itu salah satu dari sekian kampung di Pesisir Selatan terparah dilanda banjir yang terjadi akhir tahun 2011. "Kini jembatan itu hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki. Kondisi itu telah berakibat pada mahalnya biaya angkut hasil perkebunan dan laut masyarakat, ujar ia.
Penduduk Sungai Bungin mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan tradisional. Jarak kampung itu dari jalan raya di pusat kecamatan sekitar 15 kilometer. Ia berharap, demi kelancaran akses transportasi ke daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat agar dapat melakukan perbaikan jembatan yang putus tersebut sesegeranya. Sebab, jika kondisi itu berlarut larut maka akan berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan, sebab biaya transportasi yang harus dikeluarkan bertambah besar dari semula (sebelum jembatan itu ambruk). Tidak saja itu, kondisi tersebut juga menyulitkan bagi anak-anak di daerah itu untuk pergi dan pulang sekolah yang berjarak sekitar 3 kilometer.
Atas nama Pemerintah Nagari, secara tertulis, pihaknya sudah melaporkan kondisi itu ke Pemkab setempat beberapa waktu lalu.(04)