Nasib Bus AKDP Kian Tersudut
Painan, Januari 2013.
Hujan rintik-rintik sedari pagi tak juga kunjung reda. Tidak ada penumpang yang antri diterminal Bus AKDP. Andri menyeruput kopinya, sesekali mulutnya membuang jauh-jauh asap rokoknya. Bus yang disopiri belum berisi penumpang seorangpun. Ada 3 bus yang parkir ditempat ini.
Sebenarnya bukan terminal tetapi lebih tepatnya terminal bayangan tempat mangkal bus. Terminal resmi sudah lama ditinggalkan karena penumpang lebih senang naik dan turun di berbagai tempat.
Terminal yang terletak di Sago bagi sebagian penumpang disamping jauh juga butuh tambahan ongkos angkot, sementara travel liar merajalela.
Menyiasati itu tidak ada pilihan lain selain menggeser tempat mangkal yang dekat dengan penumpang.
Tetap saja penumpang enggan naik bus. Mereka lebih memilih travel atau mobil penumpang lain yang memberikan servise lebih baik. Kendati harga atau ongkosnya lebih mahal dibanding bus AKDP.
"Penumpang semakin sepi" ujarnya lirih
Maka tidak heran keberadaan Bus AKDP bak karakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau. Kondosi miris ini sudah terjadi sejak lama, sehingga kalaupun masih ada bus AKDP yang beroperasi melayani penumpang itupun bisa dihitung dengan jari.
Nyatanya penumpang tidak milih milih status kendaraan legal atau illegal, bagi mereka kendaraan tidak mesti resmi atau tidak resmi tetapi yang terpenting kendaraan yang mereka tumpangi bisa selamat sampai tujuan dan hemat waktu.
Ratusan kendaraan yang biasa disebut travel hilir mudik mengngkut penumpang dari dan ke Pesisir Selatan, kendati tampa jamminan keselamatan atau asuransi toh penumpang tidak peduli.
Maka tidak heran penumpang bus AKDP kian sepi dan tidak jarang bus tidak beroperasi melayani penumpang sama sekali.
Beberapa waktu yang lalu pihak pengelola bus AKDP pernah melayangkan protes terkait maraknya travel liar dan menjamurnya ojek sehingga berdampak pada jumlah penumpang AKDP.
Namun disatu sisi legalitas travel memang tidak diakui karena itu pihak AKDP berharap agar pihak terkait menindak tegas, tetapi tentu tidak mudah karena tetap saja penumpang lebih memilih menggunakan travel dibanding AKDP.
Salah satu alasan yang dikemukan penumpang terkait keengganan mereka naik AKDP karena mutu layanan, waktu layanan dan ketepatan sampai yang tidak pernah berubah kearah yang lebih baik, bahkan pengelola tidak pernah melakukan pembenahan terkait layanan ini.
Berangkat dari pengalaman itu maka penumpang dapat memilih kendaraan yang akan membawa mereka sesuka hati, bahkan kini penumpang bak raja, kalau tidak sesuai selera mereka bisa gonti ganti kendaraan angkutan kapan saja.
Kedepan pihak perusahaan pengangkutan perlu perbaikan layanan, karena kalau tidak AKDP akan lenyap dalam sejarah transportasi di tanah air khususnya Pesisir Selatan, kalau itu terjadi disatu sisi masyarakat butuh pelayanan transportasi yang murah dan aman, tetapi armada
"Roda zaman terus berputar, apa yang hari ini digemari, suatu saat akan mengakhiri kejayaanya, bus AKDP dapat giliran, entah esok jatah yang lain" ujarnya tergolek.(06)