• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Pangan Mandiri dari Perkarangan

25 September 2025

58 kali dibaca

Pangan Mandiri dari Perkarangan

Siapa sangka pekarangan rumah yang tampak biasa saja dapat menjadi titik awal terciptanya ketahanan pangan keluarga? Lahan sempit yang sering dianggap tak berguna bisa disulap menjadi ruang produktif untuk menghasilkan bahan pangan segar. Langkah sederhana ini, bila dilakukan secara konsisten, bukan hanya membantu keluarga memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional.

Ketahanan pangan bukan semata soal tersedianya makanan di meja makan. Lebih dari itu, ia berbicara tentang akses, kualitas, keberlanjutan, dan kemandirian pangan yang mampu melindungi keluarga dari krisis global seperti perubahan iklim, gangguan pasokan, hingga dampak pandemi. Di tengah situasi dunia yang tidak menentu, kemampuan keluarga menyediakan sebagian kebutuhan pangan sendiri menjadi benteng pertama yang menjaga stabilitas hidup.

Cara memulainya pun tak harus rumit. Pekarangan rumah bisa ditanami sayuran cepat panen seperti cabai, tomat, kangkung, atau bayam. Tak hanya itu, masyarakat juga bisa memelihara ayam kampung, ikan lele, atau ikan nila di kolam kecil sebagai sumber protein keluarga. Praktik ini memberi manfaat ganda: menghemat biaya belanja, memastikan kualitas pangan yang lebih sehat, dan mengajarkan nilai kemandirian sejak dini kepada anggota keluarga.

Selain mengurangi ketergantungan pada pasokan luar, pemanfaatan lahan rumah juga berperan sebagai edukasi lingkungan. Limbah dapur seperti sisa sayur dan buah dapat diolah menjadi kompos, sehingga menutup siklus konsumsi rumah tangga secara lebih ramah lingkungan. Hasilnya, keluarga tak hanya memperoleh pangan bergizi, tetapi juga ikut menjaga bumi.

Upaya kecil ini sejalan dengan semangat pemerintah yang mendorong peningkatan produksi pangan dalam negeri. Meski kebijakan besar dilakukan dari atas, keberhasilan ketahanan pangan sesungguhnya lahir dari kesadaran di tingkat rumah tangga. Ketika setiap keluarga mengambil peran, ketahanan pangan bukan lagi jargon, tetapi realitas yang mengakar.

Lebih jauh lagi, gerakan ini juga memperkuat nilai gotong royong di masyarakat. Misalnya, warga satu kampung bisa saling bertukar hasil panen atau ternak sehingga memperkaya variasi pangan sekaligus mempererat solidaritas sosial. Dengan cara ini, pekarangan rumah tak lagi sekadar lahan kosong, melainkan menjadi simbol kemandirian, solidaritas, dan harapan di tengah ketidakpastian global.

Pada akhirnya, ketahanan pangan dimulai dari langkah-langkah sederhana di rumah sendiri. Satu pot sayur, beberapa ekor ayam, atau kolam kecil untuk ikan bukan sekadar aktivitas harian, tetapi investasi nyata bagi masa depan keluarga. Dari halaman belakang, setiap keluarga bisa memastikan pasokan pangan segar, sehat, dan berkelanjutan. Ketika kebiasaan ini menyebar ke banyak rumah tangga, bukan hanya dapur yang terpenuhi, tetapi juga fondasi kemandirian pangan bangsa yang semakin kuat. Jadi, mulailah hari ini tindakan kecil di rumah bisa menumbuhkan perubahan besar bagi diri sendiri, keluarga, dan masa depan negeri.