Pasca Lebaran Harga Komoditi Perkebunan Turun
Painan, Agustus 2013.
Pasca lebaran, petani Pessel bakal dihadapi rendahnya harga berbagai jenis komoditi pertanian dan perkebunan. Komoditi yang terancam anjlok tersebut adalah, karet, sawit, kulit manis, pinang gambir dan kakao.
Terpantau media ini, produksi sawit disejumlah sentra perkebunan di Sutera, Lengayang dan kawasan sekitarnya meningkat, namun harga sawit diprediksi turun. Soalnya, selama lebaran pabrik CPO di Pessel tutup dan mengakibatkan produsi sawit di sekitar pengolah CPO akan menumpuk.
"Harga sawit diperkirakan bisa mengalami anjlok hingga Rp600 perkilogramnya. Biasanya setelah lebaran perusahaan pengolah CPO memprioritaskan pengolahan produksi sawitnya sendiri," ujar Jhon toke sawit di Kambang.
Selanjutnya komoditi pertanian dan perkebunan lain yang terpantau anjlok adalah gambir. Gambir dipatok pedagang Rp15 ribu setiap kilo gramnya, harga pinang Rp3500, kulit manis Rp5000 dan kako sekitar Rp19000. Petani didaerah itu berharap, ada intervensi pemerintah untuk menahan turunnya harga komoditi yang menjadi penghasilan utama masyarakat.
Minggu pertama pasca lebaran 2013, petani bawang Pesisir Selatan dihadapkan pada dilema sulitnya mendapatkan benih bawang merah. Sementara, daerah itu tidak memiliki penangkar benih sama sekali. Benih untuk keperluan tanam biasanya dipasok dari Brebes.
Kawasan yang dijadikan pengembangan bawang adalah Bayang Utara, Bayang, Lengayang dan Sutera. Dua kawasan terakhir, semenjak dua tahun belakangan, telah dijadikan sebagai sentra pengembangan bawang dataran rendah di Pessel. Semua petani yang mengusahakan budidaya bawang merah kini terpekik akibat tidak adanya benih.
Yos (35) petani di Puluik Puluik, Bayang Utara menyebutkan, ia sangat kesulitan mendapatkan benih setiap kali musim tanam. "Saya bahkan hanya dapat menanam satukali dalam setahun," katanya.
Disebutkannya, pemerintah perlu proaktif untuk menyediakan benih bawang merah untuk petani di Pessel. "Jika tidak, petani akan mengalami kesulitan seperti ini sepanjang tahun," katanya menjelaskan.
Selain kelangkaan benih bawang, petani juga diancam kesulitan pupuk. "Seminggu lalu saya tidak mendapatkan pupuk di sejumlah tempat penjualan pupuk di Bayang Utara, menurut pedagang pupuk pasokan pupuk urea semenjak sebulan terakhir tersendat ke Pesisir Selatan," kata Nurdin.
"Guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman padi harus pergi kekecamatan tetangga, misalnya Bayang dan Tarusan. Harga pupuk tidak lagi bisa di beli dengan harga normal," katanya.
Agus petani di Kambang, Kecamatan Lengayang menyebutkan, ia membeli pupuk urea seharga Rp 110 ribu hingga Rp120 sekarung. Daripada tanaman kekurangan pupuk dan akhirnya produksi tidak baik, maka ia terpaksa membeli dengan harga yang tidak normal.
"Karena berharap menunggu harga pupuk stabil sebelumnya, tanaman padinya justeru telah terlambat memperoleh pemupukan. Keterlambatan memberikan pemupukan terhadap tanaman padi," tuturnya. (09)