Painan, Juni 2015
Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit dihadapan jemaah Masjid Baitul Rahman Nagari Pondok Parian Kecamatan Lunang Minggu (21/6) malam menyebutkan harga tandan buah segar sawit (TBS) sulit dikendalikan akibat panjangnya rantai perdagangan TBS. Selain rantai perdagangan yang panjang, rendahnya harga sawit juga disebabkan jumlah perusahaan pengelola CPO tidak seimbang dengan luas lahan sawit.
Menurut Nasrul Abit, untuk itu di Pessel rencananya akan ditambah perusahaan pengelola CPO di kawasan Lunang-Silaut. Sehabis lebaran perusahaan itu rencananya mulai dibangun. Pemkab juga mendorong investor membangun perusahaan CPO di kawasan utara misalnya Lengayang atau Sutera.
Kini, untuk kawasan tertentu harga sawit rata-rata dipatok seharga Rp800 perkilogramnya sementara harga berlaku secara nasional di atas 15.000. Harga tersebut selain merugikan petani juga menyebabkan aktifitas di perkebunan sawit di Pesisir Selatan menjadi lesu.
Harga TBS tidak sepadan dengan biaya pengolahan lahan dan tuntutan kebutuhan harian. Harga ideal sawit memang di atas Rp1500, sementara yang terjadi malah sebaliknya. Dengan harga Rp800 sebetulnya petani harus menutup biaya-biaya Rp1100, namun karena petani tidak punya pilihan terpaksa menjual harga sawit seperti saat ini.
"Oleh sebab itu ditengah sulitnya mengendalikan harga dan posisi tawar petani rendah perlu penambahan perusahaan pengolah CPO. Diharapkan dengan jumlah perusahaan yang lebih banyak harga yang ditetapkan pedagang lebih bersaing," katanya ke haridman.(09).